Pertama, niat. Baik puasa fardhu
atau sunnah, karena sabda Baginda Nabi Muchammad SAW: “Sah tidaknya segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.”
Perbedaan Diantara Niat Puasa Fardhu Dan
Puasa Sunnah
Niat
Puasa Fardhu
|
Niat Puasa
Sunnah
|
1. Waktu
niat puasa fardhu mulai maghrib hingga terbitnya fajar dan wajib dilakukan
malam hari.
2. Wajib
menentukan puasa yang akan dilakukan, seperti Romadhon, Nadzar atau Qodho’.
3. Tidak
diperbolehkan mengumpulkan dua puasa fardhu dalam satu niatan sehari.
|
1. Waktu
niat puasa sunnah mulai maghrib hingga tergelincirnya matahari, dan tidak
wajib dilakukan malam hari.
2. Tidak
wajib menentukan puasa yang akan dilakukan kecuali puasa sunnah yang memiliki
waktu tertentu, seperti hari Arofah menurut pendapat mu’tamad.
3. Diperbolehkan
mengumpulkan dua puasa sunnah atau lebih dalam satu niat dalam sehari.
|
Diperbolehkan melakukan niat
puasa sunnah setelah fajar dengan dua syarat:
1. Niat
dilaksanakan sebelum tergelincirnya matahari (sebelum masuk waktu Dzhuhur).
2. Belum
melakukan hal-hal yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar hingga
waktu melaksanakan niat.
Sebagaimana yang diungkapkan
penyusun Shofwatu Az-Zubad:
“Syarat puasa sunnah yaitu niat puasa
Sebelum waktu Dzhuhur untuk setiap harinya,
Jika puasa fardhu maka kita syaratkan niat
Yang telah ditentukan di malam hari.”
Niat yang paling sempurna adalah
mengucapkan dengan lisan dan menghadirkan di dalam hati lafadz tersebut.
·
Permasalahan Niat Puasa Sunnah Setelah Fajar
Dalam bentuk
bagaimanakah puasa sunnah dapat dilaksanakan dengan niat yang dilakukan setelah
fajar meskipun sudah melakukan sesuatu yang membatalkan puasa sebelum niat?
Jawaban:
Bentuknya adalah ketika ia memiliki kebiasaan melaksanakan puasa di hari
tertentu seperti hari Senin atau hari Arofah, namun ia lupa pada hari tersebut
sehingga melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, namun setelah itu ia ingat
bahwa hari itu adalah hari Senin atau hari Arofah, maka bagi ia sah melakukan
niat puasa dengan syarat belum masuk waktu Dzhuhur.
Rukun kedua, meninggalkan hal-hal yang
membatalkan puasa dalam keadaan ingat, atas kemauan sendiri, dan tidak bodoh
yang dianggap udzur. Maka puasanya tidak
batal jika melakukan hal-hal yang membatalkan puasa dalam keadaan lupa, dipaksa
atau bodoh yang dianggap udzur.
Orang yang bodoh
dan dianggap udzur adalah salah satu dari dua orang, yaitu:
1.
Orang yang hidup di tempat yang jauh dari ulama’.
2.
Orang yang baru masuk Islam.
WALLOOHU A’LAM BISH SHOWAAB
No comments:
Post a Comment