Wednesday, 3 April 2019

Menembus Tujuh Lapis Langit


Related image
Setiap ciptaan ALLooh memiliki aturan hidup tersendiri dan jika ciptaan itu berubah bentuk atau keadaannya, maka aturan hidupnya pun berubah. Manusia memiliki aturan hidup yang berbeda dengan jin. Manusia diciptakan dari tanah sedangkan jin dari api. Sebagaimana kita ketahui, api bersifat lebih halus dari tanah, karena itu aturan hidup jin berbeda dengan manusia. Jin bergerak lebih cepat daripada manusia. Jin juga mampu berubah bentuk dan melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Adapun malaikat, mereka diciptakan dari cahaya. Malaikat memiliki kekuatan yang jauh lebih hebat daripada jin. Mereka mampu terbang ke langit dan kembali ke bumi serta mampu melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh jin. Agar lebih jelas, mari sekali lagi kita pelajari kisah Nabi Sulaiman AS ketika ingin mendatangkan tahta Balqis. ALLooh SWT mewahyukan:
“Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” [QS. An-Naml: 38]

Siapakah para pembesar yang dimaksud oleh Nabi Sulaiman? ALLooh telah menyebutkan sebagian pembesar tersebut di dalam wahyu-Nya berikut:
“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” [QS. An-Naml: 17]

Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa bala tentara Nabi Sulaiman terdiri dari bangsa jin, manusia dal selain keduanya. Lalu ketika beliau meminta mereka untuk mendatangkan tahta Balqis, apakah ada manusia yang berdiri dan berkata, “Aku akan mendatangkannya untukmu?” Tidak, semua manusia diam dan tidak menjawab Nabi Sulaiman. Mereka mengetahui bahwa mereka tidak mampu mendatangkan tahta Balqis dengan cepat, mereka terikat oleh aturan hidup mereka sebagai manusia. Lalu apakah jin berani menjawab tantangan Nabi Sulaiman? Tidak, jin yang lemah tidak berani berkata apa pun, mereka terdiam. Mengapa? Karena mereka menyadari keterbatasan mereka. Saat itu yang berani menjawab hanyalah jin ifrit, jin yang paling kuat. ALLooh mewahyukan:
“Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” [QS. An-Naml: 39]

Mengapa jin ifrit berani mengajukan diri untuk memindahkan tahta Balqis sebelum majelis Nabi Sulaiman usai? Karena aturan hidupnya menentukan bahwa ia memiliki kecepatan gerak yang jauh lebih cepat dari manusia dan jin manapun.

Pada saat itulah tiba-tiba ada seorang manusia yang berani menyatakan bahwa ia  dapat memindahkan tahta Balqis tersebut dalam sekejap mata. Bagaimana mungkin, sedangkan disbanding jin manusia jauh lebih lamban. Jawabannya adalah karena kehendak ALLooh tidak terikat aturan manapun. Jika ALLooh yang berkehendak, maka yang paling lemah sekalipun mampu mengalahkan yang terkuat. Karena itulah ketika mensifatkan manusia yang mampu memindahkan tahta Balqis dalam sekejap tersebut, ALLooh mewahyukan:
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” [QS. An-Naml: 40]

ALLooh menyebutnya sebagai seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab. Artinya, ia bukan manusia biasa, akan tetapi manusia yang istimewa yang telah memperoleh ilmu dari ALLooh. Ia mampu memindahkan tahta Balqis secepat itu adalah karena ALLooh mengajarkan kepadanya suatu cara diluar kemampuan manusia. Karena menggunakan ilmu ALLooh, maka ia mampu.

Kemampuan manusia juga berubah ketika keadaannya berubah. Kemampuan manusia dalam keadaan jaga tidak sama dengan kemampuannya dalam keadaan tidur. Dalam tidur manusia tidak terikat dengan aturan yang berlaku bagi manusia dalam keadaan jaga. Ia mampu melihat, padahal matanya terpejam. Ia mampu berbicara, sedangkan mulutnya tertutup. Ia mampu berjalan, padahal ia tidak bergerak, hanya berbaring di tempat tidur. Bahkan ia mampu terbang di udara seperti seekor burung. Yang lebih aneh lagi, ia bahkan mampu melihat mereka yang telah meninggal dunia bertahun-tahun sebelumnya dan berbicara dengan mereka.

Jika manusia mampu berpindah dari aturan kehidupannya menuju aturan yang lain hanya dengan tidur, lantas bagaimana dengan Baginda Muchammad SAW. Ciptaan ALLooh yang terbaik, terindah dan termulia. Tidak diragukan lagi bahwa beliau diberi kemampuan oleh ALLooh untuk melepas keterikatannya dengan sifat kemanusiaan, menembus satu langit menuju langit yang lain hingga bertemu dan melihat ALLooh Yang Maha Indah. Beliau mampu bertemu dengan para Nabi yang sudah meninggal dunia, sholat bersama mereka, melihat hakikat dunia, melihat surga dan neraka, bahkan bertemu dan melihat ALLooh. Karena, beliau SAW adalah ciptaan ALLooh yang paling kuat dari semua ciptaan ALLooh yang ada. Karena beliau SAW lah ciptaan ALLooh yang paling berilmu.



No comments:

Post a Comment