Saturday, 27 April 2019

Lima Langkah Menyambut Romadhon


Related imageBulan Romadhon segera tiba. Inilah tamu yang senantiasa dirindukan oleh orang-orang bertaqwa. Betapa tidak, Romadhon datang dengan membawa kebaikan, berkah, rohmat dan ampunan ALLooh SWT. Oleh karena itu, orang-orang yang bertaqwa tidak pernah menyia-nyiakan kehadiran Romadhon ini. Mereka akan memberikan jamuan istimewa dalam bentuk beragam ibadah sebagai ungkapan syukur atas datangnya bulan yang teramat suci ini.

Habib Muchammad bin AbduLLooh Al-Haddar mengilustrasikan Romadhon sebagai Rumah Sakit. Di tempat ini, kaum muslimin yang hatinya menderita sakit akibat dosa dan akhlaq tercela mendapat perawatan secara intensif sampai mereka sembuh total. Setelah itu, bagaimana mereka menjaga hati yang sudah sembuh dari berbagai penyakit batin itu di luar Romadhon. Maka tak mengherankan bila orang-orang yang mengerti hakikat Romadhon merasa sangat bahagia dengan datangnya bulan suci Romadhon.

Dahulu, para salaf saling mengingatkan akan datangnya Romadhon. Mereka kemudian menyiapkan diri untuk memperbanyak amal kebajikan di bulan ini. Di penghujung Sya’ban, Habib Ali bin Muchammad Al-Habsyi tidak lupa mengingatkan jamaah majlisnya untuk bersiap menyambut Romadhon. Beliau menganjurkan mereka untuk membersihkan hati agar bisa menampung curahan rohmat dan berkah yang diberikan ALLooh SWT. Demikian pula yang dilakukan para ulama sebelum beliau. Intinya, mereka mengajak ummat Islam untuk bersiap diri menyambut datangnya Romadhon yang mulia.

Setidaknya ada lima langkah yang mesti kita lakukan dalam menyambut datangnya tamu agung Romadhon. Langkah pertama, hendaknya kita menyalakan semangat di dalam hati untuk menyongsong datangnya bulan ini. Kita mesti banyak berdoa agar disampaikan ke dalam Romadhon dalam keadaan sehat walafiat sehingga bisa memanfaatkan Romadhon semaksimal mungkin. Sikap seperti ini telah diteladankan oleh para salafus sholeh. Imam Mu’la bin Fadhol pernah berkata, “Mereka (para salafus sholeh) berdoa selama enam bulan agar disampaikan kepada Romadhon.” Diriwayatkan bahwa di antara doa yang sering dibaca tokoh Tabi’in, Imam Yahya bin Abi Kutsair, adalah ”Yaa ALLooh, sampaikanlah aku kepada Romadhon dan sampaikan Romadhon kepadaku.”

Langkah kedua, hendaknya kita banyak menyatakan syukur atas datangnya bulan Romadhon sebab sesungguhnya bulan ini merupakan salah satu nikmat agung yang diberikan kepada ummat Baginda Nabi Muchammad SAW. Di bulan ini nilai pahala amal kebajikan dilipat-gandakan. Masih ada lagi bonus besar bernama Lailatul Qodar yang bisa diraih orang-orang yang istiqomah mengisi malam-malam Romadhon dengan ibadah. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya orang yang mendapati bulan Romadhon untuk bersyukur agar mendapat keberkahannya. ALLooh SWT berfirman:
“Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” [QS. Al-Baqoroh: 152]

 Dalam hadits riwayat Imam Achmad dikisahkan pernah ada dua orang lelaki dari kawasan Qudhooh masuk Islam di hadapan Baginda Nabi SAW. Salah satu di antara mereka kemudian menjadi syahid, sedangkan yang satu lagi meninggal setahun setelahnya. Lalu Sayyidina Tholhah bin UbaidiLLaah bermimpi seolah-olah melihat surga. Di sana beliau melihat lelaki yang terakhir wafat tadi dimasukkan ke dalam surga terlebih dahulu daripada yang mati syahid. Beliau lalu menceritakan mimpinya kepada Baginda Nabi SAW. Mendengar kisah Sayyidina Tholhah, Baginda Nabi SAW bersabda, “Bukankah ia (lelaki yang mati terakhir) telah melaksanakan puasa Romadhon, melakukan sholat enam ribu rokaat dan sholat sunnah lainnya…” Hadits ini menegaskan betapa Romadhon patut disyukuri lantaran ia memberikan nilai lebih kepada seseorang kelak di akhirat.

Fiqih Puasa
Langkah ketiga, kita mesti berbahagia dengan datangnya Romadhon dan menyampaikan kabar gembira Romadhon itu kepada orang-orang terdekat kita. Jangan lupa pula untuk mengajak mereka bersiap-siap menyambut Romadhon. Demikianlah yang dahulu pernah diteladankan Baginda Nabi SAW. Tatkala Romadhon tiba, beliau mengabarkan berita gembira itu kepada para sahabat. Beliau bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Diwajibkan bagi kalian untuk berpuasa. Pintu-pintu surga telah terbuka, pintu-pintu neraka telah tertutup dan setan-setan terbelenggu. Orang yang diharamkan dari kebaikan Romadhon, maka benar-benar telah diharamkan.” Para ulama mengatakan bahwa hadits ini adalah dasar hokum dianjurkannya mengucapkan selamat atas datangnya bulan suci Romadhon. ALLooh SWT berfirman:
“Katakanlah: ‘Dengan karunia ALLooh dan Rochmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia ALLooh dan Rochmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” [QS. Yunus: 58]

Diriwayatkan bahwa tatkala Romadhon datang, Sayyidina AbduLLooh bin Umar RAnhuma senantiasa berkata, “Selamat datang bulan yang baik seluruhnya, siangnya puasa dan malamnya berdiri (untuk ibadah).”

Langkah keempat, menjelang Romadhon tiba hendaknya kita membekali diri dengan pengetahuan fiqih seputar puasa. Kita harus tahu betul rukun-rukun puasa, syarat-syarat puasa, perkara-perkara yang membatalkan dan semua hal yang berkaitan dengan puasa. Pengetahuan tentang puasa ini wajib kita ketahui agar puasa yang kita laksanakan di dalam Romadhon menjadi sah secara syariat. Amal tanpa bekal ilmu akan sia-sia, seperti disinggung dalam syair Imam Ibnu Ruslan,
“Orang yang beramal tanpa bekal ilmu. Maka amal-amalnya ditolak dan tidak diterima.”

Oleh karena itu, sebagai muslimin yang taat, kita mesti aktif menghadiri majlis-majlis ilmu yang membahas puasa. Bila ada kemusykilan soal puasa, jangan ragu untuk bertanya kepada orang yang alim. Tentu kita tak ingin puasa yang kita kerjakan dengan susah payah menjadi sia-sia dan tidak berarti sama sekali. ALLooh SWT berfirman:
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” [QS. An-Nahl: 43]

Langkah kelima, melakukan taubat nasuha dari segala bentuk kemaksiatan dan dosa. Taubat perlu dilakukan menjelang Romadhon supaya kita memasuki bulan suci ini dalam keadaan bersih dari dosa-dosa. Dengan batin yang bersih, kita akan menampung banyak guyuran Rochmah dan berkah, ibarat raja yang hendak membagikan air susu segar kepada rakyatnya. Tentu hanya mereka yang memiliki wadah yang bersih yang akan menikmati pemberian sang raja. Mereka yang wadahnya kotor tidak akan bisa minum air susu yang diterimanya.

Taubat harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memenuhi lima syarat: Ikhlas untuk ALLooh SWT, menarik diri dari maksiat yang dilakukan, menyesali perbuatan maksiat yang dilakukan, berikrar tidak akan mengulangi maksiat, dan mengembalikan harta yang diambil secara dzholim kepada pemiliknya, atau meminta ridho kepada orang yang didzholimi.

Ada satu sikap tidak elok yang banyak dilakukan banyak orang yang di bulan Romadhon. Mereka niat bertaubat di bulan Romadhon dan akan kembali kepada kemaksiatan selepas Romadhon pergi. Kisah orang-orang seperti ini biasa kita saksikan di layar kaca dan media massa lainnya. Para selebriti wanita ramai-ramai mengenakan kerudung dan pakaian Islami tatkala memasuki Romadhon. Perkataan dan kelakuan mereka terlihat begitu agamis di sepanjang Romadhon. Namun setelah Romadhon usai, mereka kembali mengenakan pakaian-pakaian seksi yang mengundang syahwat dan sikap mereka jauh dari perilaku agamis. Taubat yang demikian tentu tidak akan diterima oleh ALLooh SWT, dan sikap oportunitis semacam itu sungguh tidak patut diteladani ummat Islam.

Sikap lain yang juga perlu ditradisikan menjelang datangnya Romadhon adalah saling memaafkan seperti yang kita lakukan di Hari Raya Idul Fithri. Bila kita punya salah kepada seseorang, maka hendaknya kita meminta maaf. Begitu pun sebaliknya, bila ada orang yang meminta maaf kepada kita, maka kita harus memaafkannya. Terlebih kepada kedua orang tua kita. Dengan begitu, tak akan ada lagi perasaan dengki di dalam hati kita semua dan berlaksa pahala di bulan Romadhon akan dapat kita raih dengan maksimal.

Apa artinya tadarus dan tarawih bila kita masih memendam dendam dan permusuhan dengan saudara? Apa artinya sholat malam apabila orang tua kita masih dalam keadaan murka kepada kita? Padahal ALLooh SWT mengingatkan di dalam hadits qudsi, ”Barangsiapa berpagi hari membuat murka kedua orang tuanya dan membuat-Ku murka, maka Aku ridho kepadanya. Dan barangsiapa berpagi hari membuat-Ku ridho dan membuat murka kedua orang tuanya, maka Aku murka kepadanya.”

Semoga lima langkah menyambut Romadhon ini dapat kita tempuh tanpa halangan sehingga kita semua bisa memperoleh fadhilah atau keutamaan Romadhon yang tak terhingga itu. Hidup hanya sekali. Oleh karena itu, kita harus pandai-pandai mengelola waktu yang diberikan ALLooh kepada kita dengan bijak dan cerdas.

Saturday, 13 April 2019

Pelaporan Amal Secara Langsung


Image result for keutamaan shalat qabliyah dhuhurImam Tirmidziy dan Imam Achmad meriwayatkan dari Sayyidina AbduLLooh bin Saib RA, bahwasanya RosuuluLLooh SAW senantiasa melakukan sholat 4 rokaat setelah tergelincirnya matahari, yaitu sebelum menunaikan sholat Dzhuhur. Lalu beliau bersabda:
“Di saat (seperti itu) pintu-pintu langit dibuka, maka aku senang jika di saat itu ada amalku yang naik.”

Disarikan dari hadits di atas adanya keutamaan sholat qobliyah Dzhuhur.
“Diceritakan dari Sayyidina Abu Ayub Al-Anshoriy RA dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Sholat qobliyah Dzhuhur empat rokaat tanpa adanya salam itu menjadikan pintu-pintu langit terbuka.”

Imam Ath-Thobarooniy juga meriwayatkan dari Sayyidina Abu Ayub RA, ia berkata:
Ketika RosuuluLLooh SAW bertempat tinggal (di rumahku), saat beliau hijrah ke Madinah, aku melihat beliau selalu melakukan sholat empat rokaat sebelum melakukan sholat Dzhuhur, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya jika matahari tergelincir maka pintu-pintu langit dibuka dan pintu itu tidaklah ditutup kembali kecuali jika sholat Dzhuhur sudah dilakukan. Aku senang jika pada saat itu aku melakukan amal kebajikan yang kemudian dilaporkan”.

Imam AbduLLooh berkata: hendaknya seorang muslim senantiasa gemar melakukan sholat sunnah qobliyah Dzhuhur di saat waktu zawal (tergelincirnya matahari) dan memperbanyak doa. Karena saat-saat seperti itu adalah saat dikabulkannya doa, sebab pada saat itu pintu-pintu langit dibuka.

Tidak seyogyanya seorang muslim di saat itu disibukkan dengan urusan-urusan duniawi yang tiada abadi dan menyia-nyiakan berbagai macam kebaikan-kebaikan, doa-doa yang dikabulkan, hembusan-hembusan Rochmah dan keberkahan-keberkahan yang bermanfaat bagi dirinya ketika hidup dan setelah wafat.

Thursday, 11 April 2019

Pelaporan Amal di Siang Hari dan di Malam Hari



Telah disebutkan dalam kitab Shohih Muslim sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Abu Musa RA, beliau bercerita:
“(Suatu ketika) RosuuluLLooh SAW berdiri (seraya menyampaikan) lima kalimat. Beliau bersabda: Sesungguhnya ALLooh itu tidak tidur dan tidak seyogyanya jika ia tidur. ALLooh itu berhak mengurangi pembagian dan menambah pembagian yang lain. Dilaporkan kepada-Nya amal perbuatan di waktu malam sebelum dilaporkan kepadanya amal perbuatan di waktu siang. Dan dilaporkannya amal perbuatan di waktu siang sebelum dilaporkannya amal perbuatan di waktu malam. Hijab-Nya adalah cahaya, jika hijab itu dibuka, niscaya kilauan Dzat-Nya akan membakar seluruh makhluk-Nya hingga akhir penglihatan-Nya.”

Imam Al-Munawi berkata: Arti pelaporan amal perbuatan manusia yang terkandung dalam hadits di atas adalah: dilaporkannya amal perbuatan siang hari di permulaan malam yang tiba setelahnya, dan dilaporkannya amal perbuatan malam hari pada permulaan siang hari yang jatuh setelahnya. Karena sesungguhnya para malaikat yang tugasnya berjaga akan naik di saat permulaan siang hari dengan membawa laporan amal perbuatan malam hari ketika telah berakhir, begitu pula mereka akan naik di waktu permulaan malam hari dengan membawa laporan amal perbuatan siang hari.

Demikian itu Imam Al-Munawi mengisyaratkan pada sebuah hadits yang termaktub dalam kitab Shohihain dari riwayat Sayyidina Abu Huroiroh RA.
“RosuuluLLooh SAW bersabda: “Telah bergantian para malaikat (pencatat amal perbuatan) di malam hari dengan malaikat pencatat amal perbuatan di siang hari. Mereka berkumpul di saat sholat shubuh dan sholat ashar, maka para malaikat yang semalaman dengan kalian akan naik. Lalu ALLooh (Tuhan mereka) bertanya, dan Ia adalah Maha Mengetahui; “Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku di saat sedang engkau tinggalkan dan di saat engkau sedang datang kepadanya? Para malaikat itupun menjawab: Aku tinggalkan mereka sedang dalam keadaan melakukan sholat dan di saat aku datang pun mereka juga sedang dalam keadaan sholat.”

Imam Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib berkata: Hadits tersebut di atas juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Huzaimah dalam kitab shohihnya. Adapun lafadz di sebagian riwayatnya adalah:
“Para malaikat (yang bertugas menulis amal perbuatan manusia) di waktu malam dan di waktu siang berkumpul di waktu sholat shubuh dan sholat ashar. Mereka berkumpul di waktu sholat shubuh, kemudian malaikat yang bertugas di waktu malam hari naik, sedangkan malaikat yang bertugas di waktu siang hari menjalankan tugasnya. Dan mereka berkumpul di waktu sholat ashar, kemudian malaikat yang bertugas di waktu siang hari naik, sedangkan malaikat yang bertugas di waktu malam hari menjalankan tugasnya. Lalu Tuhan mereka bertanya kepada mereka: Bagaimanakah keadaan hamba-hamba-Ku saat kalian tinggalkan? Lalu mereka menjawab: Ketika kami mendatangi mereka sedang sholat, dan ketika kami meninggalkan mereka, mereka juga sedang sholat. Mohon engkau berkenan mengampuni mereka kelak di hari pembalasan.”

Wahai saudaraku seiman, camkanlah pada diri kita bahwa kita selalu disertai oleh para malaikat, baik di waktu malam maupun di waktu siang yang terus-menerus memantau amal perbuatan kita, lalu dilaporkan kepada ALLooh Dzat Yang Maha Agung.

Wednesday, 10 April 2019

Pelaporan Amal


Di antara keistimewaan bulan Sya’ban adalah ia merupakan bulan dilaporkannya amal perbuatan manusia. Pelaporan ini adalah pelaporan yang sifatnya lebih luas dari pada pelaporan-pelaporan yang lain. Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidina Usamah bin Zaid:
Image result for pelaporan amal bulan syaban“Aku mengatakan: Wahai RosuuluLLooh, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa di suatu bulan dari bulan-bulan yang ada seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Lalu beliau bersabda: Bulan itu banyak dilupakan oleh manusia. Ia adalah suatu bulan di antara bulan Rojab dan Romadhon. Ia adalah suatu bulan yang mana pada saat itu amal perbuatan manusia dilaporkan kepada ALLooh Tuhan semesta alam. Dan aku ingin ketika amal perbuatanku dilaporkan, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” [HR. Imam Nasaa’i]

Sunday, 7 April 2019

Ada Apakah di Bulan Sya’ban?


Image result for perpindahan kiblatDi bulan Sya’ban terjadi beberapa peristiwa dan kejadian yang seharusnya mendapatkan perhatian tersendiri dengan mengadakan berbagai macam kegiatan. Seperti acara-acara seremonial, peringatan, seminar dan pertemuan-pertemuan religi yang lain.

Kami akan menuturkan sebagian peristiwa-peristiwa yang terjadi di bulan Sya’ban. Di antaranya adalah:
·         Perpindah Qiblat
Pada bulan Sya’ban terjadi perpindah qiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Sebenarnya RosuuluLLooh SAW sendiri sudah sangat menunggu-nunggu dan mendambakan hal tersebut. Setiap hari beliau selalu bangun dan memandang ke atas mengharapkan datangnya wahyu dari ALLooh SWT. Sampai akhirnya ALLooh memberikan apa yang membuat beliau menjadi tenang dan bahagia, ALLooh menurunkan sebuah ayat:
“Sesungguhnya kami telah melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” [QS. Al-Baqoroh: 144]

Hal itu sesuai dengan firman ALLooh SWT:
“Dan kelak Tuhanmu pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.” [QS. Ad-Dhuchaa: 5]

Sehingga apa yang dikomentarkan oleh Sayyidah ‘Aisyah RAnha telah menjadi sebuah kenyataan, yaitu:
“Aku tidak melihat Tuhanmu kecuali Ia selalu segera mengabulkan apa yang engkau inginkan.” [HR. Imam Bukhooriy]

Kendati demikian, RosuuluLLooh SAW tidak ridho kecuali terhadap hal yang diridhoi ALLooh SWT.

Syaikh Abu Hatim Al-Busti berkata: “Orang Islam sholat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan dan 3 hari. Demikian itu karena RosuuluLLooh SAW tiba di Madinah pada hari Senin tanggal 12 Robii’ul Awwal. Lalu ALLooh memerintahkan beliau menghadap Ka’bah pada hari Selasa pertengahan bulan Sya’ban.”

Friday, 5 April 2019

Pertemuan Dengan Para Nabi


Image result for berjumpa dengan nabi saat israDalam perjalanan Isro’ Mi’roj, RosuuluLLooh SAW oleh ALLooh dipertemukan dengan semua Nabi dan Rosul. Di Masjidil Aqsho beliau SAW sholat berjamaah bersama mereka. Kemudian pada setiap langit, beliau juga bertemu lagi dengan beberapa Nabi dan Rosul.

Dari pertemuan tersebut dapat dipetik pelajaran, bahwa pertemuan dengan orang-orang saleh sangat bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat. Sebelum bertemu dengan ALLooh, baginda Muchammad SAW dipertemukan dengan mereka semua. Padahal bukankah tidak ada yang lebih penting dan lebih hebat selain pertemuan dengan ALLooh? Di sini juga terdapat pelajaran, agar kita sering mengunjungi orang saleh dan mencari keberkahan mereka. Sebagaimana kita ketahui, kaum sholichin memiliki banyak keberkahan dari ALLooh.

Sayyidina Anas bin Malik RA dalam berbagai riwayat telah menceritakan bagaimana pertemuan Nabi SAW dengan para Nabi di setiap jenjang langit tersebut. Dari berbagai riwayat tersebut dapat kita rangkum pertemuan beliau di setiap langit adalah sebagai berikut:

Langit Pertama
Setelah meninggalkan Masjidil Aqsho, RosuuluLLooh bersama Malaikat Jibril menuju langit pertama atau langit dunia. Sesampainya di langit pertama, beliau SAW berhenti. Malaikat Jibril kemudian mengetuk pintu langit pertama. Pada saat itulah penjaga langit pertama bertanya, “Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muchammad. Ditanya: Apakah ia telah mendapatkan panggilan? Jawab Jibril: Ya. Lalu pintu langit pertama pun dibuka.

Uraian di atas membuktikan bahwa langit memiliki pintu yang dijaga oleh Malaikat khusus, yang bahkan Malaikat Jibril sekalipun harus mengetuk pintu meminta ijin untuk memasukinya. Artinya, setiap yang naik ke langit atau turun ke dunia, harus melewati pintu tersebut. Dan hal ini berlaku di setiap langit, bukan hanya pada langit pertama. Ini menunjukkan bahwa setiap langit dengan penjagaan yang sangat luar biasa. Pada saat itu Malaikat penjaga langit juga mengetahui bahwa Malaikat Jibril tidak datang sendirian, padahal pintu langit tertutup, lantas bagaimana malaikat penjaga langit mengetahui bahwa Malaikat Jibril membawa seseorang bersamanya? Para ulama menjelaskan bahwa Malaikat penjaga langit mengetahui kehadiran seseorang bersama Malaikat Jibril adalah karena pintu langit bersifat bening, tembus pandang atau karena mereka yang berada di langit pertama mendapatkan tambahan cahaya atas kehadiran RosuuluLLooh SAW.

Setelah mengetahui kehadiran keduanya, Malaikat penjaga langit kembali menanyakan apakah baginda Muchammad SAW telah mendapatkan panggilan, maksudnya adalah panggilan untuk mi’roj bertemu ALLooh SWT. Setelah mendapatkan jawaban dari malaikat Jibril, maka ia pun membukakan pintu langit pertama dan menyambut RosuuluLLooh SAW dengan penuh suka cita sembari berkata:
“Selamat datang baginya dan sesungguhnya tamu terbaik telah datang.”

Di langit pertama inilah RosuuluLLooh SAW bertemu dengan Nabi Adam AS. RosuuluLLooh mengucapkan salam kepada beliau. Nabi Adam pun menyambut beliau SAW dengan hangat dan mendoakannya dengan kebaikan. Nabi Adam berkata:
“Selamat datang duhai anak yang sholeh dan Nabi yang sholeh.”

RosuuluLLooh SAW menyaksikan di samping kanan Nabi Adam AS tampak ruh-ruh ahli surga dan di samping kirinya ruh-ruh ahli neraka. Jika melihat ke kanan, Nabi Adam tersenyum bahagia, sedangkan jika melihat ke arah kiri, beliau menangis sedih.

Pertemuan RosuuluLLooh SAW dengan Nabi Adam AS di langit dunia, langit pertama ini sarat dengan hikmah, di antaranya adalah bahwa setelah mi’roj beliau SAW akan hijrah ke Madinah karena siksaan kaum kafir, sebagaimana Nabi Adam keluar dari Surga karena permusuhan dan usaha iblis. Di samping itu juga pertanda bahwa setelah mi’roj, RosuuluLLooh SAW akan mengalami apa yang dialami Nabi Adam di muka bumi. Nabi Adam AS bertugas mempersiapkan pertumbuhan anak cucunya dan memakmurkan dunia dengan anak cucunya, begitu pula RosuuluLLooh SAW di awal hijrah, beliau mempersiapkan kemajuan Islam.

Langit Kedua
Kemudian RosuuluLLooh SAW melanjutkan mi’rojnya ke langit kedua. Di langit ini, setelah pintu langit terbuka, RosuuluLLooh SAW bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya. Keduanya mengucapkan selamat datang kepada beliau SAW sembari berkata:
“Selamat datang duhai anak yang sholeh dan Nabi yang sholeh.”

Pertemuan RosuuluLLooh SAW dengan Nabi Isa dan Yahya di langit kedua ini menggambarkan apa yang akan beliau alami pada tahun kedua setelah hijrah, yaitu beliau SAW akan memperoleh gangguan dari kaum Yahudi sebagaimana mereka membunuh Nabi Yahya dan meyakini telah membunuh Nabi Isa. Sebagaimana Nabi Isa memperoleh bantuan kaum Hawari  untuk menghadapi kaum Yahudi yang memerangi beliau, maka RosuuluLLooh SAW pun pada tahun kedua setelah Hijrah, beliau SAW mendapatkan kaum Anshor, baik Aus maupun Khozroj untuk ikut serta dalam perang Badar, dan mereka pun menang.

Langit Ketiga
RosuuluLLooh SAW kemudian melanjutkan mi’rojnya ke langit ketiga. Di langit ketiga inilah beliau bertemu dengan Nabi Yusuf. Nabi yang memiliki keelokan paras yang luar biasa. Hikmah pertemuan beliau SAW dengan Nabi Yusuf di langit ketiga ini adalah sebuah gambaran bahwa pada tahun ketiga Hijrah, beliau SAW akan mengalami apa yang dialami Nabi Yusuf. Pada tahun ketiga Hijrah, terjadilah perang Uhud, dan dalam peperangan ini ummat Islam mengalami musibah yang sangat besar.

Langit Keempat
Di langit keempat RosuuluLLooh SAW bertemu dengan Nabi Idris AS. Nabi Idris AS merupakan manusia pertama yang memperkenalkan baca tulis. Hikmah pertemuan RosuuluLLooh SAW dengan Nabi Idris di langit keempat adalah bahwa pada tahun keempat Hijrah, RosuuluLLooh SAW menggunakan surat menyurat sebagai sarana dakwah kepada raja-raja dunia. Di tahun keempat Hijrah ini pula RosuuluLLooh SAW mengangkat sekretaris dan membuat stempel.

Langit Kelima
Di langit kelima RosuuluLLooh SAW berjumpa dengan Nabi Harun AS. Hikmah pertemuan ini adalah bahwa pada tahun kelima Hijrah, RosuuluLLooh SAW akan dikhianati oleh orang-orang Yahudi sebagaimana Nabi Harun dikhianati oleh Bani Isroil.

Langit Keenam
Di langit keenam inilah RosuuluLLooh SAW bertemu dengan Nabi Musa AS, Nabi kebanggaan bani Isroil, Nabi yang kepadanya ALLooh berbicara langsung dan menurunkan Taurat. Nabi Musa menyambut RosuuluLLooh SAW dengan hangat dan mendoakannya dengan berbagai kebaikan. Ketika RosuuluLLooh dan Malaikat Jibril hendak melanjutkan perjalanan, Nabi Musa menangis. Saat ditanyakan kepadanya, ”Mengapa engkau menangis?” Beliau berkata, “Aku menangis lantaran ada seorang pemuda yang datang setelahku dan ummatnya masuk surga lebih banyak daripada ummatku.”

Tangisan Nabi Musa ini tentunya bukan tangisan iri dengki, sebab di alam langit tidak ada iri dengki dalam hati mukmin biasa apalagi pada diri seorang Rosul yang terpilih. Nabi Musa menangis karena menyesali berbagai pahala yang tidak beliau peroleh, pahala yang akan mengangkat derajat beliau di sisi ALLooh serta menangisi berbagai pelanggaran yang dilakukan ummatnya, sehingga mereka tidak memperoleh pahala-pahala besar yang menyebabkan Nabi Musa pun tidak mendapatkan tambahan pahala. Sebab, setiap Nabi mendapatkan pahala seluruh ummatnya.

Tangisan Nabi Musa ini sekaligus sebagai bentuk kabar gembira yang beliau AS sampaikan kepada RosuuluLLooh SAW. Beliau menangis saat Nabi SAW berada di dekatnya, agar RosuuluLLooh SAW mengetahui besarnya kedudukan beliau SAW dan ummatnya.

Pertemuan RosuuluLLooh SAW di langit keenam dengan Nabi Musa AS mengandung hikmah bahwa di tahun keenam Hijrah, RosuuluLLooh SAW berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji, akan tetapi beliau dan para sahabat dihalangi oleh kaum kafir, sebagaimana Nabi Musa dihalangi memasuki Palestina.

Langit Ketujuh
Di langit ketujuh RosuuluLLooh SAW bertemu Nabi Ibrohim yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur, yang mana setiap harinya dimasuki oleh 70.000 Malaikat dan mereka tidak kembali sesudahnya. Nabi Ibrohim berpesan kepada RosuuluLLooh SAW agar memerintahkan ummatnya untuk banyak mengucapkan Al-Baqiyatush Sholichat, yaitu kalimat tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Saya bertemu dengan Nabi Ibrohim ketika malam saya diisro’kan dan Nabi Ibrohim berkata: “Wahai Muchammad, sampaikanlah salam kepada ummatmu, dan beritahukanlah kepada mereka, bahwasanya Surga itu subur tanahnya, airnya tawar dan tanahnya berlembah serta tanamannya adalah ucapan:
SubchaanaLLoohi walchamduliLLaahi wa laa ilaaha illaaLLoohu waLLoohu akbaru

Jika kita perhatikan, dalam pertemuan RosuuluLLooh SAW dengan ruh para Nabi, terjadi dialog di antara mereka. Ini merupakan salah satu dalil bahwa orang-orang yang sholeh yang masih hidup bisa berdialog dan berkomunikasi dengan orang-orang sholeh yang telah meninggal dunia, dengan izin ALLooh SWT.


Wednesday, 3 April 2019

Menembus Tujuh Lapis Langit


Related image
Setiap ciptaan ALLooh memiliki aturan hidup tersendiri dan jika ciptaan itu berubah bentuk atau keadaannya, maka aturan hidupnya pun berubah. Manusia memiliki aturan hidup yang berbeda dengan jin. Manusia diciptakan dari tanah sedangkan jin dari api. Sebagaimana kita ketahui, api bersifat lebih halus dari tanah, karena itu aturan hidup jin berbeda dengan manusia. Jin bergerak lebih cepat daripada manusia. Jin juga mampu berubah bentuk dan melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh manusia. Adapun malaikat, mereka diciptakan dari cahaya. Malaikat memiliki kekuatan yang jauh lebih hebat daripada jin. Mereka mampu terbang ke langit dan kembali ke bumi serta mampu melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh jin. Agar lebih jelas, mari sekali lagi kita pelajari kisah Nabi Sulaiman AS ketika ingin mendatangkan tahta Balqis. ALLooh SWT mewahyukan:
“Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” [QS. An-Naml: 38]

Siapakah para pembesar yang dimaksud oleh Nabi Sulaiman? ALLooh telah menyebutkan sebagian pembesar tersebut di dalam wahyu-Nya berikut:
“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” [QS. An-Naml: 17]

Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa bala tentara Nabi Sulaiman terdiri dari bangsa jin, manusia dal selain keduanya. Lalu ketika beliau meminta mereka untuk mendatangkan tahta Balqis, apakah ada manusia yang berdiri dan berkata, “Aku akan mendatangkannya untukmu?” Tidak, semua manusia diam dan tidak menjawab Nabi Sulaiman. Mereka mengetahui bahwa mereka tidak mampu mendatangkan tahta Balqis dengan cepat, mereka terikat oleh aturan hidup mereka sebagai manusia. Lalu apakah jin berani menjawab tantangan Nabi Sulaiman? Tidak, jin yang lemah tidak berani berkata apa pun, mereka terdiam. Mengapa? Karena mereka menyadari keterbatasan mereka. Saat itu yang berani menjawab hanyalah jin ifrit, jin yang paling kuat. ALLooh mewahyukan:
“Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” [QS. An-Naml: 39]

Mengapa jin ifrit berani mengajukan diri untuk memindahkan tahta Balqis sebelum majelis Nabi Sulaiman usai? Karena aturan hidupnya menentukan bahwa ia memiliki kecepatan gerak yang jauh lebih cepat dari manusia dan jin manapun.

Pada saat itulah tiba-tiba ada seorang manusia yang berani menyatakan bahwa ia  dapat memindahkan tahta Balqis tersebut dalam sekejap mata. Bagaimana mungkin, sedangkan disbanding jin manusia jauh lebih lamban. Jawabannya adalah karena kehendak ALLooh tidak terikat aturan manapun. Jika ALLooh yang berkehendak, maka yang paling lemah sekalipun mampu mengalahkan yang terkuat. Karena itulah ketika mensifatkan manusia yang mampu memindahkan tahta Balqis dalam sekejap tersebut, ALLooh mewahyukan:
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” [QS. An-Naml: 40]

ALLooh menyebutnya sebagai seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab. Artinya, ia bukan manusia biasa, akan tetapi manusia yang istimewa yang telah memperoleh ilmu dari ALLooh. Ia mampu memindahkan tahta Balqis secepat itu adalah karena ALLooh mengajarkan kepadanya suatu cara diluar kemampuan manusia. Karena menggunakan ilmu ALLooh, maka ia mampu.

Kemampuan manusia juga berubah ketika keadaannya berubah. Kemampuan manusia dalam keadaan jaga tidak sama dengan kemampuannya dalam keadaan tidur. Dalam tidur manusia tidak terikat dengan aturan yang berlaku bagi manusia dalam keadaan jaga. Ia mampu melihat, padahal matanya terpejam. Ia mampu berbicara, sedangkan mulutnya tertutup. Ia mampu berjalan, padahal ia tidak bergerak, hanya berbaring di tempat tidur. Bahkan ia mampu terbang di udara seperti seekor burung. Yang lebih aneh lagi, ia bahkan mampu melihat mereka yang telah meninggal dunia bertahun-tahun sebelumnya dan berbicara dengan mereka.

Jika manusia mampu berpindah dari aturan kehidupannya menuju aturan yang lain hanya dengan tidur, lantas bagaimana dengan Baginda Muchammad SAW. Ciptaan ALLooh yang terbaik, terindah dan termulia. Tidak diragukan lagi bahwa beliau diberi kemampuan oleh ALLooh untuk melepas keterikatannya dengan sifat kemanusiaan, menembus satu langit menuju langit yang lain hingga bertemu dan melihat ALLooh Yang Maha Indah. Beliau mampu bertemu dengan para Nabi yang sudah meninggal dunia, sholat bersama mereka, melihat hakikat dunia, melihat surga dan neraka, bahkan bertemu dan melihat ALLooh. Karena, beliau SAW adalah ciptaan ALLooh yang paling kuat dari semua ciptaan ALLooh yang ada. Karena beliau SAW lah ciptaan ALLooh yang paling berilmu.



Monday, 1 April 2019

Isro’ Mi’roj – Apakah Hanya Sebuah Mimpi?


Image result for Isra’ Mi'raj – Apakah Hanya Sebuah Mimpi?Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Isro’ Mi’roj terjadi ketika RosuuluLLooh SAW sedang tidur di Ka’bah, sedangkan menurut riwayat lain adalah saat beliau sedang tidur di rumah beliau dan menurut riwayat yang lain lagi adalah ketika beliau sedang tidur di rumah Ummu Hani. Mana yang benar? Ketahuilah semua riwayat di atas adalah benar adanya. Bagaimana penjelasannya?

Menurut para ulama, sebelum RosuuluLLooh SAW di- Isro’ Mi’roj-kan, beliau SAW terlebih dahulu diberi Isro’ Mi’roj percontohan di alam mimpi. Tujuannya adalah agar belaiu benar-benar siap untuk melakukan perjalanan luar biasa tersebut. Bukanlah suatu hal yang aneh jika ALLooh memberikan berbagai persiapan kepada para Nabinya sebelum mereka memperoleh mukjizat besar.

Kisah Nabi Musa misalnya, ketika ALLooh berkehendak mengutus beliau kepada Fir’aun dan ALLooh mengetahui bahwa beliau akan berhadapan dengan para penyihir, maka ALLooh memberinya tongkat yang dapat berubah menjadi ular raksasa. Akan tetapi, sebelum bertemu dengan para penyihir tersebut dan melemparkan tongkatnya sehingga menjadi ular raksasa yang memakan semua tali para penyihir, ALLooh terlebih dahulu melatih Nabi Musa AS, sehingga beliau nantinya tidak terkejut dan khawatir ketika tongkatnya berubah menjadi ular raksasa. ALLooh menginginkan Nabi Musa teguh dan kuat ketika menyaksikan mukjizat tersebut. Sebagaimana diceritakan, ketika Nabi Musa kembali ke Mesir bersama istrinya dan melihat secercah cahaya di bukit Thursina, kemudian beliau mendaki bukit tersebut untuk menyulut api untuk melindungi dirinya beserta istrinya dari dinginnya malam di padang sahara, pada saat itulah ALLooh berkata kepadanya:
“Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah ALLooh, Tuhan semesta alam. Dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular kecil yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseur): “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekaplah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, Maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir’aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang fasik.” [QS. Al-Qoshshosh:30-32]

Dalam ayat lain ALLooh mewahyukan:
“Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa? Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, Aku bertelekan padanya, dan Aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” ALLooh berfirman: “Lemparkanlah ia, Hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat.” [QS. Thoha:17-20]

Salah satu hikmah dari beberapa wahyu di atas adalah ALLooh ingin melatih Nabi Musa AS menggunakan tongkatnya sebagai mukjizat. Sehingga ketika di hadapan Fir’aun dan para penyihirnya tongkat tersebut menjadi ular raksasa, beliau tidak kaget dan tidak pula takut. Dalam latihan tersebut bahwa tongkat tersebut beberapa kali berubah bentuk. Terkadang menjadi ular kecil yang gesit dan dalam kesempatan yang lain menjadi ular besar yang merayap. Pertama kali melihat perubahan tongkat tersebut menjadi ular, Nabi Musa merasa takut. Untuk menghapuskan rasa takut tersebut, maka ALLooh berkata kepada Nabi Musa:
“ALLooh mewahyukan: “Peganglah ia dan jangan takut, kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula.” [QS. Thoha:21]

Demikian pula terhadap RosuuluLLooh SAW, sebelum memberangkatkan Isro’ Mi’roj kepada RosuuluLLooh SAW dengan ruh dan jasadnya, ALLooh terlebih dahulu melatih beliau SAW melalui beberapa mimpi. Dalam kesempatan lain, sebelum penaklukan kota Mekah, ALLooh telah memberitahukannya kepada Nabi SAW melalui mimpi dan RosuuluLLooh SAW kemudian menceritakannya kepada para sahabat. ALLooh mewahyukan:
“Sesungguhnya ALLooh akan membuktikan kepada Rosul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insyaaALLooh dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka ALLooh mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” [QS. Al-Fath: 27]

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa terkadang RosuuluLLooh SAW memperoleh mimpi atau penglihatan nyata sebelum terjadi secara nyata, demi menyenangkan hati beliau SAW. Kemudian apa yang beliau lihat tersebut benar-benar terjadi sebagai sebuah kenyataan, sehingga beliau berbahagia. Demikian pula halnya dengan peristiwa Isro’ Mi’roj. Pada awalnya Rosul memperoleh mimpi sebagai sebuah hiburan yang menentramkan jiwa beliau. Kemudian beliau memperoleh mimpi untuk kedua kalinya sebagai sebuah peringatan bahwa beliau SAW akan memperoleh sebuat nikmat yang sangat agung. Dan terakhir, beliau melangsungkan perjalanan Isro’ Mi’roj tersebut secara sadar, di alam nyata, dalam keadaan jada, dengan ruh dan jasad beliau SAW.