Pada Masa Nabi
![Hasil gambar untuk Sejarah Penafsiran Al-Qur’an](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_DH0IVqjHytQEKodbBUu0uUBN3sTpDt3Kji8L7_jaPP6RF7u9xv0XtBNk3Rl2242vIb9vtv1prfvQDABTamjX2mDZevH5skyQ8bA8FiwoHcInW0PZ2c457tKltMuWZllmFAk4Fk83A5e9/s320/Sejarah+Tafsir+al-Qur%2560an+pada+Masa+Tabi%25E2%2580%2599in+dan+Masa+Tadwin+%2528Pembukuan+Kitab+Tafsir%2529.jpg)
Pada Masa Sahabat
Setelah RosuuluLLooh SAW wafat,
para sahabat terpaksa melakukan ijtihad terutama mereka yang mempunyaii
kemampuan seperti Sayyidina Ali bin Abi Tholib, Sayyidina AbduLLooh bin Abbas,
Sayyidina Ubay bin Ka’ab dan Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud dan seterusnya.
Para sahabat dalam memahami Al-Qur’an berdasarkan pengetahuan global karena
Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka, sedang pemahaman mereka tentang
detail-detailnya atas Al-Qur’an diperoleh dari penjelasan dari hadits-hadits
Nabi Muchammad SAW.
Para sahabat yang terkenal banyak
menafsirkan Qur’an adalah Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud, Sayyidina AbduLLooh
bin Abbas, Sayyidina Ubai bin Ka’ab, Sayyidina Zain bin Sabit, Sayyidina Abu
Musa Al-Asy’ari, Sayyidina AbduLLooh bin Zubair, Sayyidina Anas bin Malik,
Sayyidina AbduLLooh bin Umar, Sayyidina Jabir bin AbduLLooh, Sayyidina
AbduLLooh bin Amr bin Ash dan Siti Aisyah.
Penafsiran yang dilakukan para
sahabat umumnya lebih menekankan pendekatan pada al-ma’na al-ijmali (pengertian
kosa kata secara global). Dan jarang mengistinbathkan hukum-hukum fiqhiyah dari
ayat-ayat Al-Qur’an. Pada masa itu, penafsiran umumnya dilakukan dengan menguraikan
hadits dan tafsir Al-Qur’an sama sekali belum dibukukan.
Pada Masa Tabi’in
Setelah generasi sahabat
berakhir, generasi berikutnya adalah Tabi’in. Masa tabi’in penfasiran mengalami
perkembangan pesat. Dan pada akhirnya mulai muncul kelompok-kelompok ahli
tafsir di Makkah, Madinah dan di daerah lainnya. Metode penafsiran yang
dilakukan pada masa ini tidak jauh berbeda dengan masa sahabat, karena para
tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Dalam periode ini muncul beberapa
madrasah untuk kajian ilmu tafsir di antaranya:
1. Madrasah
Makkah atau Madrasah Sayyidina AbduLLooh bin Abbas. Sayyidina AbduLLooh bin
Abbas mengajarkan tafsir Al-Qur’an kepada para tabi’in dan menjelaskan hal yang
musykil dari makna lafadz Al-Qur’an. Murid-murid beliau diantaranya: Mujahid
bin Jubair, Said bin Jubair, Ikrimah Maula ibnu Abbas, Thowus Al-Yamaniy, dan
Atho’ bin Abi Robah.
2. Madrasah
Madinah atau Madrasah Sayyidina Ubay bin Ka’ab yang menghasilkan pakar tafsir
seperti Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muchammad bin Ka’ab Al-Qurodli.
3. Madrasah
Iraq atau Madrasah Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud, di antara murid-muridnya
yang terkenal adalah Al-Qomah bin Qois, Hasan Al-Basry, dan Qotadah bin Di’amah
As-Sadusy. Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud ditunjuk sebagai guru yang dalam penafsiran
Al-Qur’an banyak diikuti oleh tabi’in Iraq.
Pada Masa Pembukuan
Tafsir pada masa Rosul, sahabat,
dan tabi’in diajarkan dengan periwayatan dan talqin (dibacakan oleh guru kepada
murid). Kalaupun ada pembukuan pada masa itu, maka itu hanya sedikit saja.
Adapun masa pembukuan tafsir dimulai pada akhir abad pertama dan awal abad
kedua hijriyah, bersamaan dengan disusunnya kitab hadits berdasarkan
bab-babnya.
Pada masa ini, tafisr telah
menjadi ilmu tersendiri dan dibukukan secara terpisah. Selanjutnya tafsir telah
disusun berdasar urutan mushaf. Pada masa ini, tafsir tidak hanya berlandas
pada RosuuluLLooh, sahabat dan tabi’in, namun telah bercampur dengan pendapat
akal manusia (ro’yi).
Pada masa ini terjadi
spesialisasi dalam pembukuan tafsir. Para fuqoha’ menyusun tafsir ayat-ayat
yang berkaitan dengan fiqh, seperti Al-Qurthubi. Para ahli sejarah menafsirkan
ayat-ayat yang mengandung sejarah, seperti Ats-Tsa’labiy dan bidang-bidang
keilmuan lainnya.
No comments:
Post a Comment