Saturday, 5 October 2019

Sejarah Penafsiran Al-Qur’an

Tafsir Al-Qur’an telah melalui lintasan sejarah yang sangat panjang. Dimulai pada masa RosuuluLLooh SAW berlanjut sampai ulama terdahulu dan ulama di zaman modern.

Pada Masa Nabi
Hasil gambar untuk Sejarah Penafsiran Al-Qur’anPada masa nabi, masa diturunkannya Al-Qur’an beliau sendiri berfungsi sebagai mubayyin, atau penafsir pertama kepada para sahabat-sahabatnya tentang kandungan daripada ayat-ayat Al-Qur’an. Sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur’an: “Keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya.” [QS. An-Nal: 44]

Pada Masa Sahabat
Setelah RosuuluLLooh SAW wafat, para sahabat terpaksa melakukan ijtihad terutama mereka yang mempunyaii kemampuan seperti Sayyidina Ali bin Abi Tholib, Sayyidina AbduLLooh bin Abbas, Sayyidina Ubay bin Ka’ab dan Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud dan seterusnya. Para sahabat dalam memahami Al-Qur’an berdasarkan pengetahuan global karena Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka, sedang pemahaman mereka tentang detail-detailnya atas Al-Qur’an diperoleh dari penjelasan dari hadits-hadits Nabi Muchammad SAW.

Para sahabat yang terkenal banyak menafsirkan Qur’an adalah Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud, Sayyidina AbduLLooh bin Abbas, Sayyidina Ubai bin Ka’ab, Sayyidina Zain bin Sabit, Sayyidina Abu Musa Al-Asy’ari, Sayyidina AbduLLooh bin Zubair, Sayyidina Anas bin Malik, Sayyidina AbduLLooh bin Umar, Sayyidina Jabir bin AbduLLooh, Sayyidina AbduLLooh bin Amr bin Ash dan Siti Aisyah.

Penafsiran yang dilakukan para sahabat umumnya lebih menekankan pendekatan pada al-ma’na al-ijmali (pengertian kosa kata secara global). Dan jarang mengistinbathkan hukum-hukum fiqhiyah dari ayat-ayat Al-Qur’an. Pada masa itu, penafsiran umumnya dilakukan dengan menguraikan hadits dan tafsir Al-Qur’an sama sekali belum dibukukan.

Pada Masa Tabi’in
Setelah generasi sahabat berakhir, generasi berikutnya adalah Tabi’in. Masa tabi’in penfasiran mengalami perkembangan pesat. Dan pada akhirnya mulai muncul kelompok-kelompok ahli tafsir di Makkah, Madinah dan di daerah lainnya. Metode penafsiran yang dilakukan pada masa ini tidak jauh berbeda dengan masa sahabat, karena para tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Dalam periode ini muncul beberapa madrasah untuk kajian ilmu tafsir di antaranya:
1.       Madrasah Makkah atau Madrasah Sayyidina AbduLLooh bin Abbas. Sayyidina AbduLLooh bin Abbas mengajarkan tafsir Al-Qur’an kepada para tabi’in dan menjelaskan hal yang musykil dari makna lafadz Al-Qur’an. Murid-murid beliau diantaranya: Mujahid bin Jubair, Said bin Jubair, Ikrimah Maula ibnu Abbas, Thowus Al-Yamaniy, dan Atho’ bin Abi Robah.
2.       Madrasah Madinah atau Madrasah Sayyidina Ubay bin Ka’ab yang menghasilkan pakar tafsir seperti Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muchammad bin Ka’ab Al-Qurodli.
3.       Madrasah Iraq atau Madrasah Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud, di antara murid-muridnya yang terkenal adalah Al-Qomah bin Qois, Hasan Al-Basry, dan Qotadah bin Di’amah As-Sadusy. Sayyidina AbduLLooh bin Mas’ud ditunjuk sebagai guru yang dalam penafsiran Al-Qur’an banyak diikuti oleh tabi’in Iraq.

Pada Masa Pembukuan
Tafsir pada masa Rosul, sahabat, dan tabi’in diajarkan dengan periwayatan dan talqin (dibacakan oleh guru kepada murid). Kalaupun ada pembukuan pada masa itu, maka itu hanya sedikit saja. Adapun masa pembukuan tafsir dimulai pada akhir abad pertama dan awal abad kedua hijriyah, bersamaan dengan disusunnya kitab hadits berdasarkan bab-babnya.

Pada masa ini, tafisr telah menjadi ilmu tersendiri dan dibukukan secara terpisah. Selanjutnya tafsir telah disusun berdasar urutan mushaf. Pada masa ini, tafsir tidak hanya berlandas pada RosuuluLLooh, sahabat dan tabi’in, namun telah bercampur dengan pendapat akal manusia (ro’yi).

Pada masa ini terjadi spesialisasi dalam pembukuan tafsir. Para fuqoha’ menyusun tafsir ayat-ayat yang berkaitan dengan fiqh, seperti Al-Qurthubi. Para ahli sejarah menafsirkan ayat-ayat yang mengandung sejarah, seperti Ats-Tsa’labiy dan bidang-bidang keilmuan lainnya.

No comments:

Post a Comment