Monday, 7 October 2019

Merahasiakan Misi, Awal Kesuksesan


Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan teks“Ista’iinuu ‘alaa injaachil chawaaiji bil kitmaani fainna kulli dzi ni’matin machsuud”
Artinya: “Mohonlah pertolongan dalam meloloskan hajat kalian dengan cara menyembunyikannya. Sebab setiap orang yang mendapatkan anugerah nikmat menjadi sasaran kedengkian.” [HR. Imam Abu Nu’aim dari sahabat Sayyidinaa Mu’adz bin Jabal]

Kalau ingin misi dan tujuan kita sukses Nabi Muchammad SAW memberi perintah agar kita menyembunyikan dan menutupnya dengan baik. Sebab kalau kita mempunyai misi penting dan kita tidak menutupnya dengan baik, maka banyak orang yang dengki dan iri. Setiap orang yang mempunyai nikmat atau akan mendapatkan nikmat yang besar, pasti ada orang yang dengki. Oleh karena itu agar misi dan tujuan kita bisa sukses dan berjalan lancer, pandai-pandailah menutupnya dengan baik. Sehingga orang tidak perlu mengetahui prosesnya. Contoh kecil saja saat kita di pesantren mencintai seorang gadis, maka kita jangan menceritakan dan bertanya kepada teman-teman yang lain. Kalau kita menceritakan atau bertanya tentu banyak santri yang mengetahui, sehingga sulit untuk mendapatkan gadis tersebut. Atau ada seseorang yang ingin mencalonkan menjadi pejabat, maka dia harus pandai-pandai menutupi misinya. Kalaupun bergerak biarkan orang lain, sehingga saat penetapan anggota tiba-tiba dia yang menang. Mengapa kita harus pandai menutupi misi atau tujuan kita? Sebab hal-hal yang besar, penting itu pasti ada yang mendukung (pro) dan ada yang menentang (kontra). Dan, yang pasti ada orang yang iri, ada orang yang dengki, maka pandai-pandailah menutupinya agar misi tersebut sukses.

Senada dengan hadits di atas adalah, “Sembunyikanlah proses dalam mengkhitbah (melamar), dan ramaikanlah pernikahanmu.” Kalau masih proses meminta, melamar calon istri (khitbah) maka sembunyikanlah. Kalau sudah sukses dan siap untuk menikah maka ramaikanlah. Mengapa demikian? Berikut beberapa tujuan dan hikmahnya:

Pertama, kalau calon istrimu itu cantik dan banyak orang yang mengetahui maka kemungkinan orang lain akan berusaha mendapatkannya. Sehingga misi kita tidak sukses, atau sulit meraih kesuksesan.

Kedua, dari keluarga calon istri itu tentu harus menjaga nama baik keluarga. Kalau terlanjur melamar secara ramai-ramai, banyak orang yang mengetahui dan ternyata tidak jadi menikah, maka hal ini akan membuat malu bagi keluarga calon istri. Dan untuk menjaga hal tersebut RosuuluLLooh SAW bersabda, “sembunyikanlah proses khitbah dan ramaikanlah proses pernikahan.”

Mengapa ada orang yang dengki atas sebuah kenikmatan? Itulah yang namanya dunia. Jangan berharap di dunia itu berjalan secara lancer dan sukses tanpa adanya halangan. Selama masih di dunia sebaik-baiknya orang tentu mempunyai keburukan, dan sejelek-jelek orang tentu mempunyai kebaikan. Dari sekian banyak orang yang mendukung kita tentu ada beberapa orang yang tidak mendukung.

Ketiga, hikmah dari sisi ilmu fiqih, ALLooh SWT memang sengaja tidak membuat sempurna. Sebab kalau ALLooh SWT membuat sempurna. Misalnya semua orang Islam sepakat (ijma’) mengatakan A, maka nanti yang tidak A sama halnya menentang ijma’ (kesepakatan) dan itu namanya murtad. Agar sewaktu-waktu karena sebuah kemaslahatan kalau beda itu tidak sampai murtad, maka ALLooh SWT sengaja tidak membuat sempurna.

Dulu saat NU kembali ke khittah (netral/ tidak berpolitik) dan hal ini agar tidak sempurna maka ada beberapa tokoh NU yang mendukung beberapa partai tertentu. Dan ini bertujuan untuk mewadahi barangkali ada ummat yang kurang setuju dengan NU yang bersikap netral. Mungkin ada kader NU yang dari awalnya dia memang aktif dalam partai tertentu. Andai saja saat Muktamar NU di Situbondo itu sepenuhnya (sempurna) tokoh NU mutlak tidak berpolitik maka nanti kalau ada kader NU yang mempunyai kepentingan dalam partai tertentu, maka seakan-akan dia keluar dari ijma’ ulama. Jadi dari sinilah perlunya kita itu bersikap beda. Sewaktu-waktu ada kemaslahatan masih ada jalan untuk mengambil kemaslahatan tersebut, meskipun harus berbeda.

Keempat, agar pahala kita bertambah. Dan terlalu enak kalau kita akan menikah tidak ada kesulitan, kalau kita berdakwah tidak ada halangan dan sebagainya. Dan dari situ akan menghasilkan mental yang kurang tangguh dan ulet. Sehingga perlu adanya orang yang dengki kepada kita. Akan tetapi kalau dengki janganlah sampai melewati batas. Sebab kalau mental kita kurang tangguh sementara kedengkian orang lain terlalu berlebihan maka kita sendiri yang terjatuh.


WALLOOHU A'LAM BISH SHOWAAB

No comments:

Post a Comment