Artinya: “Mohonlah pertolongan
dalam meloloskan hajat kalian dengan cara menyembunyikannya. Sebab setiap orang
yang mendapatkan anugerah nikmat menjadi sasaran kedengkian.” [HR. Imam Abu Nu’aim
dari sahabat Sayyidinaa Mu’adz bin Jabal]
Kalau ingin misi dan tujuan kita
sukses Nabi Muchammad SAW memberi perintah agar kita menyembunyikan dan
menutupnya dengan baik. Sebab kalau kita mempunyai misi penting dan kita tidak
menutupnya dengan baik, maka banyak orang yang dengki dan iri. Setiap orang
yang mempunyai nikmat atau akan mendapatkan nikmat yang besar, pasti ada orang
yang dengki. Oleh karena itu agar misi dan tujuan kita bisa sukses dan berjalan
lancer, pandai-pandailah menutupnya dengan baik. Sehingga orang tidak perlu
mengetahui prosesnya. Contoh kecil saja saat kita di pesantren mencintai
seorang gadis, maka kita jangan menceritakan dan bertanya kepada teman-teman
yang lain. Kalau kita menceritakan atau bertanya tentu banyak santri yang
mengetahui, sehingga sulit untuk mendapatkan gadis tersebut. Atau ada seseorang
yang ingin mencalonkan menjadi pejabat, maka dia harus pandai-pandai menutupi misinya.
Kalaupun bergerak biarkan orang lain, sehingga saat penetapan anggota tiba-tiba
dia yang menang. Mengapa kita harus pandai menutupi misi atau tujuan kita? Sebab
hal-hal yang besar, penting itu pasti ada yang mendukung (pro) dan ada yang
menentang (kontra). Dan, yang pasti ada orang yang iri, ada orang yang dengki,
maka pandai-pandailah menutupinya agar misi tersebut sukses.
Senada dengan hadits di atas
adalah, “Sembunyikanlah proses dalam mengkhitbah (melamar), dan ramaikanlah
pernikahanmu.” Kalau masih proses meminta, melamar calon istri (khitbah) maka
sembunyikanlah. Kalau sudah sukses dan siap untuk menikah maka ramaikanlah. Mengapa
demikian? Berikut beberapa tujuan dan hikmahnya:
Pertama, kalau calon istrimu itu
cantik dan banyak orang yang mengetahui maka kemungkinan orang lain akan
berusaha mendapatkannya. Sehingga misi kita tidak sukses, atau sulit meraih
kesuksesan.
Kedua, dari keluarga calon istri
itu tentu harus menjaga nama baik keluarga. Kalau terlanjur melamar secara
ramai-ramai, banyak orang yang mengetahui dan ternyata tidak jadi menikah, maka
hal ini akan membuat malu bagi keluarga calon istri. Dan untuk menjaga hal
tersebut RosuuluLLooh SAW bersabda, “sembunyikanlah proses khitbah dan
ramaikanlah proses pernikahan.”
Mengapa ada orang yang dengki
atas sebuah kenikmatan? Itulah yang namanya dunia. Jangan berharap di dunia itu
berjalan secara lancer dan sukses tanpa adanya halangan. Selama masih di dunia
sebaik-baiknya orang tentu mempunyai keburukan, dan sejelek-jelek orang tentu
mempunyai kebaikan. Dari sekian banyak orang yang mendukung kita tentu ada
beberapa orang yang tidak mendukung.
Ketiga, hikmah dari sisi ilmu
fiqih, ALLooh SWT memang sengaja tidak membuat sempurna. Sebab kalau ALLooh SWT
membuat sempurna. Misalnya semua orang Islam sepakat (ijma’) mengatakan A, maka
nanti yang tidak A sama halnya menentang ijma’ (kesepakatan) dan itu namanya
murtad. Agar sewaktu-waktu karena sebuah kemaslahatan kalau beda itu tidak
sampai murtad, maka ALLooh SWT sengaja tidak membuat sempurna.
Dulu saat NU kembali ke khittah
(netral/ tidak berpolitik) dan hal ini agar tidak sempurna maka ada beberapa
tokoh NU yang mendukung beberapa partai tertentu. Dan ini bertujuan untuk mewadahi
barangkali ada ummat yang kurang setuju dengan NU yang bersikap netral. Mungkin
ada kader NU yang dari awalnya dia memang aktif dalam partai tertentu. Andai saja
saat Muktamar NU di Situbondo itu sepenuhnya (sempurna) tokoh NU mutlak tidak
berpolitik maka nanti kalau ada kader NU yang mempunyai kepentingan dalam
partai tertentu, maka seakan-akan dia keluar dari ijma’ ulama. Jadi dari
sinilah perlunya kita itu bersikap beda. Sewaktu-waktu ada kemaslahatan masih
ada jalan untuk mengambil kemaslahatan tersebut, meskipun harus berbeda.
Keempat, agar pahala kita
bertambah. Dan terlalu enak kalau kita akan menikah tidak ada kesulitan, kalau
kita berdakwah tidak ada halangan dan sebagainya. Dan dari situ akan
menghasilkan mental yang kurang tangguh dan ulet. Sehingga perlu adanya orang
yang dengki kepada kita. Akan tetapi kalau dengki janganlah sampai melewati
batas. Sebab kalau mental kita kurang tangguh sementara kedengkian orang lain
terlalu berlebihan maka kita sendiri yang terjatuh.
WALLOOHU A'LAM BISH SHOWAAB
No comments:
Post a Comment