Saturday, 23 March 2019

HIjrah ke Thoif


Image result for hijrah ke thaifKetika gangguan kaum Quraisy kepada beliau dan ummat Islam semakin meningkat, maka beliau memutuskan untuk pergi ke Thoif. Beliau bermaksud meminta bantuan kepada Bani Tsaqif sekaligus mendakwahkan Islam kepada mereka. RosuuluLLooh SAW berharap mereka menerima dakwahnya, terlebih beliau SAW semasa kecil pernah disusui di Bani Sa’ad yang berkerabat dengan penduduk Thoif.

Kota Thoif yang terletak 75 mil tenggara Mekkah adalah kota terbesar ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Kota tersebut telah mendapat kemuliaan besar karena didatangi RosuuluLLooh SAW dalam perjalanan dakwah beliau. Dua kali beliau SAW mengunjungi kota tersebut, yaitu pada bulan Syawal tahun ke-10 setelah kenabian dan bulan Syawal tahun ke-8 setelah hijrah.

Penduduk kota ini merupakan orang-orang kaya dan berkuasa. Orang-orang kaya dan para pemuka Quroisy bahkan membangun istana-istana mereka di Thoif. Biasanya mereka menghabiskan bulan-bulan musim panas di kota itu. Kekayaan yang melimpah itu rupanya kemudian mengakibatkan kerusakan moral masyarakatnya. Orang-orang kaya di kota Thoif dikenal senang melakukan riba, zina dan meminum minuman keras.

Tampuk kepemimpinan kota Thoif dipegang oleh orang-orang dari kalangan Bani Tsaqif, salah satu suku terbesar di Jazirah Arab, yang diakui kekuatan dan kekayaannya. Thoif adalah tempat penyembahan lata, patung yang disembah dan dijadikan tujuan ritual tahunan. Ia setara dengan Mekkah yang menjadi tempat penyembahan Hubal, patung terbesar kaum Quroisy.

Ketika RosuuluLLooh SAW sampai di Thoif, beliau menemui para pemuka mereka dan mengajak mereka untuk beriman kepada ALLooh. Ternyata, beliau SAW mendapat penolakan yang sangat keras. Mereka menghina beliau, menyuruh orang-orang bodoh dan budak-budak mereka untuk mencela serta meneriaki beliau.

Ketika menyadari bahwa ajakannya ditolak dengan keras, maka bersama Zaid bin Haritsah, RosuuluLLooh SAW segera meninggalkan kota Thoif. Tetapi penduduk Thoif tidak membiarkan beliau keluar dengan aman bahkan mereka terus menganggunya. Mereka membentuk dua barisan sepanjang jalan Rosul SAW, di kanan dan di kiri beliau. Setiap kali Rosul melangkahkan kaki, mereka melempari beliau SAW dengan batu hingga tubuh beliau SAW berlumuran darah.

Keduanya terus berjalan meninggalkan kota Thoif dan mencari tempat yang dirasa aman dari gangguan mereka. Sampailah beliau SAW pada sebuah pohon. Di sanalah beliau berdoa dengan sebuah doa yang mengharukan dan menyayat hati.
Artinya: “Duhai ALLooh Tuhanku, hanya kepada-Mu lah kuadukan kelemahan diriku, terbatasnya usahaku, dan hinanya diriku di hadapan manusia. Duhai Dzat Yang Maha Pengasih dari semua yang berjiwa kasih, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dari semua yang berjiwa kasih. Kepada siapa akan Engkau serahkan diriku ini? Kepada musuh yang menerimaku dengan muka masam atau kepada orang dekat yang Engkau beri kekuasaan untuk mengalahkanku. Selama Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli dengan semua itu. Hanya saja kesejahteraan-Mu lebih terasa lapang bagiku.”
“Yaa ALLooh, aku berlindung dengan cahaya-Mu yang menerangi semua kegelapan dan berkat cahaya itu semua urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar kiranya Engkau tidak menimpakan amarah-Mu kepadaku, atau menempatkan kemurkaan-Mu kepadaku.”
“Yaa ALLooh aku ridho atas semua ini, agar Engkau pun ridho kepadaku. Sesungguhnya tiada daya dan upaya kecuali dengan izin-Mu.” [HR. Imam Thobarooniy]

Sedemikian sedihnya doa yang dipanjatkan Nabi di atas, hingga ALLooh mengutus malaikat Jibril AS untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril AS memberi salam seraya berkata, “ALLooh mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. ALLooh telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk mentaati perintahmu.” Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada RosuuluLLooh SAW.

“Wahai RosuuluLLooh, sesungguhnya ALLooh SWT telah mendengar ucapan kaummu dan bantahan mereka terhadapmu. Aku adalah malaikat pengawal gunung. ALLooh SWT telah mengutusku kepadamu untuk melaksanakan apa yang kamu perintahkan kepadaku. Sekarang, apakah yang kamu kehendaki? Jika engkau berkehendak agar aku menimpakan kedua gunung ini atas mereka, niscaya aku lakukan!”

Mendengar tawaran malaikat itu, RosuuluLLooh SAW yang berlumuran darah, sedih atas penolakan ummatnya, segera menunjukkan belas kasihnya. Dengan lembut beliau berkata kepada malaikat:
“Jangan lakukan itu, aku justru berharap, semoga ALLooh mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang menyembah ALLooh semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim]

Kita semua tahu bahwa beliau SAW dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak, dihina dan disiksa dengan keji. Namun sungguh balasan beliau adalah kasih saying, beliau membalas semua itu dengan cinta dan kasih saying. Kendati dakwahnya ditolak dan ditentang dengan keras, beliau tetap bersabar dan berpikir jauh ke depan.

Setelah RosuuluLLooh SAW mengalami kesulitan demi kesulitan, siksaan demi siksaan, diasingkan, diboikot, dijauhi dan dimusuhi oleh masyarakat, maka ALLooh ingin menunjukkan kepada kekasih-Nya, bahwa jika sebagian penduduk bumi ini membenci dan memusuhinya, justru penduduk langit sangat mencintai dan merindukan beliau. Dalam keadaan duka dan kesedihan yang belum sirna akan penolakan kaum kafir, ALLooh memberikan kepada beliau mukjizat Isro Mi’roj.

No comments:

Post a Comment