Semenjak RosuuluLLooh SAW
mendakwahkan Islam, kaum kafir tidak pernah berhenti untuk menyiksa dan menganiaya
ummat Islam. Menyaksikan berbagai siksaan berat yang diterima oleh para sahabat
tersebut, maka pada bulan Rojab tahun kelima setelah kenabian RosuuluLLooh
memerintahkan sejumlah muslimin untuk berhijrah ke Habasyah, sebuah negeri di
Afrika yang sekarang bernama Ethiopia yang ketika itu berada di bawah
pemerintahan seorang raja yang sangat bijaksana, yaitu Najasyi. RosuuluLLooh
SAW bersabda kepada para sahabat:
“Di sana ada penghidupan dan kelapangan, serta raja yang adil yang
tidak akan menyerahkan seseorang yang meminta suaka kepadanya.” [HR. Imam
Baihaqi]
Maka berangkatlah 14 orang
sahabat , terdiri dari 10 sahabat pria dan 4 sahabat wanita, di antaranya
adalah Sayyidina Utsman bin Affan dan istrinya Ruqoyyah putri RosuuluLLooh SAW.
Raja Najasyi ternyata menerima para sahabat dengan baik dan setelah itu ia
bahkan memeluk Islam.
Pada tahun keenam setelah
kenabian Sayyidina Hamzah bin Abdul Muththolib (paman RosuuluLLooh) dan
Sayyidina Umar bin Khoththob masuk Islam. Mengetahui kenyataan pahit ini habis
sudah kesabaran para pembesar kafir Quroisy. Maka pada malam pertama bulan
Mucharrom tahun ketujuh setelah kenabian, mereka pun berkumpul dan memutusan
untuk memutuskan hubungan dengan Bani Hasyim dan Bani Muththolib. Mereka
melarang semua orang Quroisy untuk melakukan jual beli, bergaul, maupun menikah
dengan kedua suku ini sampai mereka semua mati atau mereka mau menyerahkan
RosuuluLLooh SAW.
Pernyataan ini mereka tulis dan
mereka gantungkan di atap Ka’bah untuk menunjukkan betapa seriusnya mereka.
Abu Tholib, paman yang sangat
mencintai keponakannya ini pun tidak tinggal diam. Beliau segera mengumpulkan
semua anak keturunan Abdul Muththolib dan memerintahkan agar mereka melindungi
RosuuluLLooh SAW. Beliau memerintahkan agar bani Abdul Muththolib memberikan
tempat kepada RosuuluLLooh SAW di syi’ib (pemukiman)
mereka dan melindungi beliau dari gangguan semua orang yang ingin
mencelakainya. Semua Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththolib, baik yang Muslim
maupun yang belum beriman sepakat untuk melaksanakan perintah Abu Tholib ini. Mereka
semua menetap di syi’ib dan tidak akan menyerahkan RosuuluLLooh SAW kepada
orang-orang musyrik Quroisy apa pun resikonya.
Selama tiga tahun keluarga Bani
Hasyim dan Bani Muththolib dipaksa hidup di pemukiman Bani Muththolib (Syi’ib)
tanpa bisa keluar, diboikot dalam pergaulan dan perekonomian sehingga mereka
beberapa kali terpaksa harus makan dedaunan karena kekurangan makanan. Begitu
pula keluarga RosuuluLLooh SAW. Orang-orang kafir berharap agar kedua bani ini
mau menyerahkan RosuuluLLooh SAW kepada mereka dan mereka dapat berbuat apa pun
terhadap beliau SAW sesukanya. Akan tetapi hal itu tidak pernah terjadi.
Tiga tahun berlalu, ALLooh pun
mengirimkan rayap untuk memakan surat pernyataan yang mereka gantungkan di atap
Ka’bah. Semua kalimat yang tertulis di dalam surat tersebut dimakan rayap,
kecuali kalimat, “BismikaLLoohumma (Dengan nama-Mu duhai ALLooh)”. ALLooh
menyampaikan hal ini kepada RosuuluLLooh SAW dan beliau SAW memberitahukannya
kepada paman beliau Abu Tholib. “Demi ALLooh, keponakanku tidak pernah berdusta
kepadaku.” Ujar Abu Tholib sembari berjalan mendatangi pemuka-pemuka Quroisy.
Abu Tholib menceritakan kepada mereka bahwa surat pernyataan mereka telah
dimakan rayap dan yang tersisa hanyalah nama ALLooh. Mereka pun segera
menurunkan surat tersebut, dan ternyata memang demikian. Mereka merasa sangat
malu. Abu Tholib berkata kepada mereka, “Duhai orang-orang Quroisy, mengapa
kalian memboikot dan mengucilkan kami, padahal sudah sangat jelas bahwa
kalianlah yang berbuat dzholim, memutuskan silaturrohim dan berbuat jahat.”
Pada saat itulah Abu Tholib melantunkan syair:
“Bukankah kalian telah menyaksikan
bahwa surat pernyataan boikot dihancurkan
Dan semua tulisan yang tidak diridhoi ALLooh dihapuskan.”
Setelah menyaksikan kenyataan
pahit ini, mereka pun menghentikan pemboikotan tersebut.
No comments:
Post a Comment