Saturday, 30 March 2019

Isro’ Mi’roj dengan ruh dan jasad


Image result for IsraĆ¢€™ Mi'raj dengan ruh dan jasadJumhur ulama sepakat bahwa RosuuluLLooh SAW melakukan perjalanan Isro’ Mi’roj dengan ruh dan jasad beliau SAW. ALLooh SWT mewahyukan:
“Maha Suci ALLooh, yang telah memperjalankan hamba-Nya…” [QS. Al-Isro’:1]
Ketika menceritakan perjalanan Isro’ Mi’roj, ALLooh dalam wahyu-Nya tersebut menggunakan kata “hamba-Nya”, agar kita memperhatikan dua hal penting. Pertama, Isro’ Mi’roj tersebut berlaku dengan ruh dan jasad dan bukan dalam keadaan tidur. Kata “hamba” hanya digunakan untuk menyebut seseorang yang ruh dan jasadnya bersatu. Orang-orang musyrik tidak mempercayai Isro’ Mi’roj tiada lain karena peristiwa tersebut berlangsung dengan ruh dan jasad beliau SAW. Seandainya Isro’ Mi’roj berlangsung dalam mimpi, maka mereka tidak akan mengingkarinya. Sebab, bukanlah hal yang luar biasa ketika seseorang bermimpi pergi ke Masjidil Aqsho dalam sekejap mata. Jika kita bermimpi pergi ke Mekkah, dari Indonesia dalam sehari semalam 50 kali, maka tidak akan ada orang yang mendustakannya, karena hal tersebut terjadi di alam mimpi. Kita tidak akan memperdebatkan sesuatu yang terjadi di alam mimpi. Contohnya adalah mimpi raja yang berkuasa di zaman Nabi Yusuf AS. ALLooh SWT berfirman:
“Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering.” Hai orang-orang yang terkemuka: “Terangkanlah kepadaku arti mimpiku itu jika kalian dapat mengartikan mimpi.” [QS. Yusuf:43]

Masuk akalkah ucapan raja tersebut yang menyatakan bahwa sapi kurus memakan sapi gemuk? Apakah diantara kita ada yang pernah melihat seekor sapi hidup makan sapi hidup lainnya? Tentu saja hal ini tidak pernah terjadi. Akan tetapi ketika sang raja menceritakan bahwa ia bermimpi melihat sapi makan sapi, apakah ada yang akan membantah mimpinya? Tentu tidak, sebab apa yang terjadi dalam mimpi memang sering kali di luar akal kita dan di alam mimpi hukum sebab akibat tidak berlaku. Karena itulah mereka hanya berkata:
Mereka menjawab: “(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menta’birkan mimpi itu.” [QS. Yusuf: 44]

Kesimpulannya adalah apa yang terjadi dalam mimpi tidak akan diperdebatkan, dibantah dan dipertentangankan. Orang-orang kafir memperdebatkan dan membantah kebenaran Isro’ Mi’roj tiada lain adalah karena peristiwa itu terjadi dalam keadaan jaga dan dengan ruh serta jasad beliau, RosuuluLLooh SAW.
Kedua,ALLooh ingin menunjukkan kepada kita semua bahwa penghambaan kepada-Nya merupakan derajat tertinggi kedekatan manusia dengan ALLooh Tuhannya. Tiada kemuliaan yang lebih mulia dari penghambaan kepada-Nya. Para ulama mengartikan kata ‘hamba’ dengan arti yang berbeda-beda sesuai kedudukan dan keadaan hatinya saat itu. Imam Ibnu Athoillah menyatakan bahwa hamba adalah ia yang sadar bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa. Imam Ruwaim menyatakan bahwa menghamba artinya adalah menyerahkan semua urusan kepada ALLooh dan menyadari bahwa dirinya sama sekali tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk berbuat apa pun. Semua adalah milik ALLooh dan semua hanya dapat dilakukan dengan pertolongan ALLooh. Hamba ALLooh adalah ia yang ikhlas melakukan penghambaan kepada ALLooh dan keinginannya bersatu dengan aturan ALLooh. Apa yang ALLooh perintahkan mereka tunaikan dan apa yang ALLooh larang, mereka tinggalkan.  Karena itu, ketika menceritakan hamba-hamba-Nya yang ikhlas, di dalam Al-Qur’an, ALLooh menggunakan kata ‘ibad’. Perhatikan wahyu ALLooh berikut:
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” [QS. Al-Furqon:63]

“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan Rochmah dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” [QS. Al-Kahfi: 65-66]

Dalam ayat di atas, ALLooh ingin menunjukkan bahwa derajat tertinggi di sisi-Nya adalah derajat penghambaan. Kita semua mengetahui bahwa Nabi Musa AS merupakan kalimuLLooh, artinya ALLooh mengajak Nabi Musa untuk berbicara langsung dengannya. Akan tetapi ALLooh menyatakan bahwa saat itu ada salah seorang hamba ALLooh yang lebih berilmu dari Nabi Musa, bahkan beliau pun mengikutinya agar dapat belajar dari hamba tersebut. Hal ini ALLooh sampaikan karena ALLooh ingin memberitahukan kepada kita semua bahwa penghambaan kepada-Nya merupakan derajat kemuliaan tertinggi seorang manusia. Sebagai bukti, saat menceritakan kisah Nabi Musa dengan Nabi Khidir AS, ALLooh tidak menyebut Nabi Khidir sebagai Rosul, akan tetapi sebagai seorang hamba. Nabi Khidir mencapai derajat yang tinggi di sisi ALLooh sehingga ALLooh memberinya limpahan ilmu yang tidak ALLooh berikan kepada Nabi Musa AS.

Kesimpulannya adalah ketika menceritakan kisah Isro’ Mi’roj, ALLooh menggunakan kata ‘hamba-Nya’ adalah karena ALLooh ingin memberitahukan kepada kita semua bahwa peristiwa itu terjadi dalam keadaan jaga dengan ruh dan jasad beliau SAW, serta penghambaan kepada ALLooh merupakan derajat yang sangat tinggi di sisi ALLooh.

Penghambaan kepada ALLooh merupakan sebuah kemuliaan bagi manusia, sedangkan penghambaan kepada manusia merupakan sebuah kerendahan dan kehinaan. Sebab, manusia yang memperbudak orang lain berkeinginan untuk mengambil semua kebaikan budaknya, menghapus semua hak dan hartanya, sedangkan ALLooh berbuat yang sebaliknya. ALLooh justru akan memuliakan dan memberikan semua kebaikan kepada manusia yang menjadi budak-Nya.


Tuesday, 26 March 2019

Penyucian Hati


Image result for pembedahan dada rasulullahPada bulan Rojab, setahun sebelum hijrah, saat beliau berusia 52 tahun, ALLooh memperjalankan beliau SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho hingga kemudian ke Sidratul Muntaha dan bertemu dengan ALLooh dalam keadaan sebagian kecil dari waktu malam.

Sebelum di Isro dan Mi’roj-kan, sekali lagi RosuuluLLooh SAW menjalani proses pembedahan dada. Selama hidupnya beliau SAW mengalami empat kali pembedahan dada. Di dalam sebuah hadits, RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Ketika aku berada di al-Bait (yaitu BaituLLooh atau Ka’bah) antara tidur dan jaga”, kemudian beliau menyebutkan tentang seorang lelaki di antara dua orang lelaki. “Lalu didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan keimanan. Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut bagian bawah. Lalu perutku dibasuh dengan Air Zam-Zam, kemudian diisi dengan kebijaksanaan (hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku binatang putih yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghol (peranakan kuda dan keledai), yaitu Buroq. Lalu aku pergi bersama Jibril hingga kami sampai di langit dunia… [HR. Imam Bukhoori dan Imam Muslim]

Hati RosuuluLLooh SAW tidaklah kotor. Beliau SAW tidak pernah berbuat dosa, tidak memiliki penyakit iri, dengki, sombong, dendam dan berbagai penyakit hati lainnya. Beliau SAW adalah seorang Rosul yang ma’shum (terjaga dari berbuat dosa). Akan tetapi sebelum melakukan perjalanan tersebut, dada beliau SAW dibedah dan ditambah dengan kesucian dari kesucian yang telah ada.

RosuuluLLooh SAW merupakan sosok teladan yang hadir di tengah-tengah ummat sebagai pribadi unggul yang dapat menjadi contoh bagi semua pengikutnya. Hikmah yang dapat kita petik dari proses pembedahan dada beliau SAW tersebut adalah RosuuluLLooh SAW memberikan contoh kepada kita, bahwa siapapun orang yang ingin berjalan menuju ALLooh dan sampai kepada-Nya, maka ia harus membersihkan hatinya dari semua kotoran yang ada dan mensucikan hatinya yang sudah bersih dengan kesucian di atas kesucian, sehingga hatinya layak untuk bertemu dengan ALLooh.

Sungguh, kita semua sedang dalam perjalanan suci yang seharusnya dibangun dalam suasana fitrah, hati yang suci. Berjalan dari-Nya dan juga menuju kepada-Nya. Dalam perjalanan ini, diperlukan lentera, cahaya, atau petunjuk agar selamat dalam menempuhnya. Dan hati yang merupakan inti sebagai “nurani”, itulah lentera perjalanan hidup.

Cahaya ini berpusat pada hati seseorang yang rupanya juga dilengkapi oleh gesekan-gesekan “karat” kehidupan. Semakin menebal karat, semakin jauh pula dari warna yang sesungguhnya. Oleh karena itu di setiap saat dan kesempatan diperlukan upaya pembersihan untuk membasuh kotoran-kotoran hati yang melekat. Hanya dengan pembersihan itulah, hati akan bersinar tajam menerangi kegelapan hidup. Dan sungguh, hati inilah yang kemudian menjadi “penentu” baik atau tidaknya seorang pemilik hati.

Disebutkan bahwa hati manusia pada awalnya putih bersih. Ia ibarat kertas putih dengan tiada noda sedikitpun. Namun setiap kali manusia melakukan dosa, setiap kali pula terjatuh noda hitam pada hati, yang pada akhirnya menjadikannya hitam pekat. Jika manusia yang hatinya hitam pekat tersebut tidak menyadari bahkan menambah dosa dan noda hitam pada hatinya tersebut, maka akhirnya ALLooh kemudian akan membalik hati tersebut. Hati yang terbaik inilah yang kemudian hanya bisa disadarkan oleh api neraka.

Maka sungguh, perjalanan ini hanya akan mampu menuju ilahi dengan senantiasa membersihkan jiwa dan hati kita, sebagaimana yang telah dilakukan oleh RosuuluLLooh SAW sebelum melakukan perjalanan sucinya tersebut.

Saturday, 23 March 2019

HIjrah ke Thoif


Image result for hijrah ke thaifKetika gangguan kaum Quraisy kepada beliau dan ummat Islam semakin meningkat, maka beliau memutuskan untuk pergi ke Thoif. Beliau bermaksud meminta bantuan kepada Bani Tsaqif sekaligus mendakwahkan Islam kepada mereka. RosuuluLLooh SAW berharap mereka menerima dakwahnya, terlebih beliau SAW semasa kecil pernah disusui di Bani Sa’ad yang berkerabat dengan penduduk Thoif.

Kota Thoif yang terletak 75 mil tenggara Mekkah adalah kota terbesar ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Kota tersebut telah mendapat kemuliaan besar karena didatangi RosuuluLLooh SAW dalam perjalanan dakwah beliau. Dua kali beliau SAW mengunjungi kota tersebut, yaitu pada bulan Syawal tahun ke-10 setelah kenabian dan bulan Syawal tahun ke-8 setelah hijrah.

Penduduk kota ini merupakan orang-orang kaya dan berkuasa. Orang-orang kaya dan para pemuka Quroisy bahkan membangun istana-istana mereka di Thoif. Biasanya mereka menghabiskan bulan-bulan musim panas di kota itu. Kekayaan yang melimpah itu rupanya kemudian mengakibatkan kerusakan moral masyarakatnya. Orang-orang kaya di kota Thoif dikenal senang melakukan riba, zina dan meminum minuman keras.

Tampuk kepemimpinan kota Thoif dipegang oleh orang-orang dari kalangan Bani Tsaqif, salah satu suku terbesar di Jazirah Arab, yang diakui kekuatan dan kekayaannya. Thoif adalah tempat penyembahan lata, patung yang disembah dan dijadikan tujuan ritual tahunan. Ia setara dengan Mekkah yang menjadi tempat penyembahan Hubal, patung terbesar kaum Quroisy.

Ketika RosuuluLLooh SAW sampai di Thoif, beliau menemui para pemuka mereka dan mengajak mereka untuk beriman kepada ALLooh. Ternyata, beliau SAW mendapat penolakan yang sangat keras. Mereka menghina beliau, menyuruh orang-orang bodoh dan budak-budak mereka untuk mencela serta meneriaki beliau.

Ketika menyadari bahwa ajakannya ditolak dengan keras, maka bersama Zaid bin Haritsah, RosuuluLLooh SAW segera meninggalkan kota Thoif. Tetapi penduduk Thoif tidak membiarkan beliau keluar dengan aman bahkan mereka terus menganggunya. Mereka membentuk dua barisan sepanjang jalan Rosul SAW, di kanan dan di kiri beliau. Setiap kali Rosul melangkahkan kaki, mereka melempari beliau SAW dengan batu hingga tubuh beliau SAW berlumuran darah.

Keduanya terus berjalan meninggalkan kota Thoif dan mencari tempat yang dirasa aman dari gangguan mereka. Sampailah beliau SAW pada sebuah pohon. Di sanalah beliau berdoa dengan sebuah doa yang mengharukan dan menyayat hati.
Artinya: “Duhai ALLooh Tuhanku, hanya kepada-Mu lah kuadukan kelemahan diriku, terbatasnya usahaku, dan hinanya diriku di hadapan manusia. Duhai Dzat Yang Maha Pengasih dari semua yang berjiwa kasih, sesungguhnya Engkau Maha Pengasih dari semua yang berjiwa kasih. Kepada siapa akan Engkau serahkan diriku ini? Kepada musuh yang menerimaku dengan muka masam atau kepada orang dekat yang Engkau beri kekuasaan untuk mengalahkanku. Selama Engkau tidak murka kepadaku, maka aku tidak peduli dengan semua itu. Hanya saja kesejahteraan-Mu lebih terasa lapang bagiku.”
“Yaa ALLooh, aku berlindung dengan cahaya-Mu yang menerangi semua kegelapan dan berkat cahaya itu semua urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar kiranya Engkau tidak menimpakan amarah-Mu kepadaku, atau menempatkan kemurkaan-Mu kepadaku.”
“Yaa ALLooh aku ridho atas semua ini, agar Engkau pun ridho kepadaku. Sesungguhnya tiada daya dan upaya kecuali dengan izin-Mu.” [HR. Imam Thobarooniy]

Sedemikian sedihnya doa yang dipanjatkan Nabi di atas, hingga ALLooh mengutus malaikat Jibril AS untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril AS memberi salam seraya berkata, “ALLooh mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. ALLooh telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk mentaati perintahmu.” Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada RosuuluLLooh SAW.

“Wahai RosuuluLLooh, sesungguhnya ALLooh SWT telah mendengar ucapan kaummu dan bantahan mereka terhadapmu. Aku adalah malaikat pengawal gunung. ALLooh SWT telah mengutusku kepadamu untuk melaksanakan apa yang kamu perintahkan kepadaku. Sekarang, apakah yang kamu kehendaki? Jika engkau berkehendak agar aku menimpakan kedua gunung ini atas mereka, niscaya aku lakukan!”

Mendengar tawaran malaikat itu, RosuuluLLooh SAW yang berlumuran darah, sedih atas penolakan ummatnya, segera menunjukkan belas kasihnya. Dengan lembut beliau berkata kepada malaikat:
“Jangan lakukan itu, aku justru berharap, semoga ALLooh mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang menyembah ALLooh semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” [HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim]

Kita semua tahu bahwa beliau SAW dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak, dihina dan disiksa dengan keji. Namun sungguh balasan beliau adalah kasih saying, beliau membalas semua itu dengan cinta dan kasih saying. Kendati dakwahnya ditolak dan ditentang dengan keras, beliau tetap bersabar dan berpikir jauh ke depan.

Setelah RosuuluLLooh SAW mengalami kesulitan demi kesulitan, siksaan demi siksaan, diasingkan, diboikot, dijauhi dan dimusuhi oleh masyarakat, maka ALLooh ingin menunjukkan kepada kekasih-Nya, bahwa jika sebagian penduduk bumi ini membenci dan memusuhinya, justru penduduk langit sangat mencintai dan merindukan beliau. Dalam keadaan duka dan kesedihan yang belum sirna akan penolakan kaum kafir, ALLooh memberikan kepada beliau mukjizat Isro Mi’roj.

Sunday, 17 March 2019

Wafatnya Abu Tholib dan Sayyidah Khodijah


Related imageSetelah piagam boikot dihentikan, RosuuluLLooh SAW dan para sahabat kembali mendakwahkan Islam kepada kaum Quroisy khususnya dan dunia pada umumnya. Hingga tibalah Rojab tahun kesepuluh kenabian. Pada saat itu, Abu Tholib , sang paman yang tak kenal lelah melindungi keponakannya ini semakin lemah kondisi fisiknya dan akhirnya meninggal dunia dalam usia kurang lebih delapan puluh tahun. Nabi SAW sangat bersedih dengan wafatnya paman beliau SAW yang satu ini. Paman yang selalu berusaha membela dan melindungi beliau dari gangguan kaum kafir. Paman yang sejak kecil telah menjadi ayah asuh beliau SAW. Belum sirna kesedihan beliau SAW, tiga hari setelah wafatnya Abu Tholib, istri yang sangat beliau cintai, Sayyidah Khodijah RAnha, meninggal dunia juga. Dalam satu bulan di tahun yang sama, Nabi SAW di dera duka cita yang sangat mendalam, sehingga beliau SAW menamakan tahun ini sebagai Amul Huzn (tahun kesedihan).

Setelah wafatnya paman dan istri beliau SAW, kaum kafir semakin leluasa mengganggu dan menyiksa RosuuluLLooh SAW. Gangguan yang paling ringan di antaranya adalah ketika seorang pander Quroisy mencegat beliau di tengah jalan lalu menyiramkan tanah ke kepala beliau SAW. Beliau SAW pun pulang ke rumah dengan tanah yang masih di atas kepala. Salah seorang puteri beliau segera datang membersihkan kotoran tersebut sambil menangis. Tidak ada yang lebih pilu rasanya dalam hati seorang ayah daripada mendengar tangis anaknya, lebih-lebih anak perempuannya. Maka, pada saat itulah RosuuluLLooh SAW bersabda:
“Jangan menangis anakku, sesungguhnya ALLooh selalu melindungi ayahmu.”

Dalam shohih Bukhooriy disebutkan bahwa pada suatu hari seorang sahabat yang bernama ‘Urwah bin Zubair bertanya kepada ‘AbduLLooh bin ‘Amr bin ‘Ash, “Tolong ceritakan kepadaku, gangguan terberat yang pernah dilakukan oleh orang-orang musyrik kepada RosuuluLLooh SAW.”

‘AbduLLooh pun berkata:
Suatu hari, saat Nabi SAW sholat di depan Ka’bah, datanglah ‘Uqbah bin Abi Mu’aith menghampiri beliau SAW. Ia kemudian memegang pundak RosuuluLLooh SAW dan membelitkan bajunya ke leher beliau dan menyentakkannya dengan sekuat tenaga. Nabi Muchammad SAW tercekik dan jatuh tersungkur. Orang-orang yang melihat kejadian itu menjerit. Mereka menyangka Nabi telah wafat. Melihat hal itu, Sayyidina Abu Bakar RA, dengan cepat menghampiri Uqbah dan melepaskan cekikannya. Beliau pun menyingkirkan Uqbah dan membaca wahyu ALLooh berikut kepadanya:
“Apakah kalian akan membunuh seseorang hanya karena dia menyatakan, ‘Tuhanku adalah ALLooh.’ Padahal dia telah datang kepada kalian dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhan kalian.” [QS. Al-Mu’min, 40:28]

‘Uqbah tidak menjawab pertanyaan Sayyidina Abu Bakar RA, ia pun langsung pergi dan berkumpul kembali dengan para pemimpin Quroisy.

Suatu hari RosuuluLLooh SAW tengah sholat di depan Ka’bah ketika orang-orang kafir Quroisy sedang berkumpul di dekat beliau SAW. Tiba-tiba ‘Uqbah bin Abi Mu’aith datang membawa kotoran unta dan meletakkan kotoran tersebut di punggung RosuuluLLooh SAW. RosuuluLLooh SAW tetap dalam sujudnya dan tidak mengangkat kepala beliau SAW hingga datanglah Siti Fathimah RAnha, menyingkirkan kotoran tersebut dari punggun beliau SAW.

Beberapa kisah di atas merupakan sebuah gambaran kecil tentang siksaan yang dialami oleh RosuuluLLooh SAW sepeninggal paman dan istri beliau SAW tercinta.

Dahulu ketika Sayyidah Khodijah RAnha masih hidup, beliau senantiasa mengayomi RosuuluLLooh SAW dengan cinta dan kasihnya yang tiada bertepi. Sepeninggal Sayyidah Khodijah, RosuuluLLooh SAW sangat bersedih. Bagaimana tidak, sedangkan wanita yang selama ini menyinari hari-hari dakwahnya itupun kini telah tiada. Terbayang bagaimana ketika Sayyidah Khodijah yang menyemangati dan meyakinkan beliau bahwa makhluk yang datang (malaikat Jibril AS) seraya menyuruhnya untuk membaca tak akan mungkin mencelakakannya. Terbayanglah pula bagaimana Sayyidah Khodijah saat itu menyelimutinya ketika hawa dingin menyergap tubuhnya. Ketika Nabi SAW pertama kali menerima wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril dengan bentuknya yang sangat dahsyat. Nabi pun segera turun dari gua Hiro menuju rumah Siti Khodijah seraya berkata, “Aku mengkhawatirkan diriku.” Pada saat itulah dengan penuh kelembutan dan cinta kasih, Sayyidah Khodijah menenteramkan hati suaminya seraya berkata dengan perkataan yang indah yang terabadikan di dalam kitab-kitab hadits:
“Sungguh, sekali-kali tidak, bergembiralah. Demi ALLooh, sesungguhnya ALLooh selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi ALLooh, sungguh engkau telah menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, suka membantu orang yang tidak mampu mandiri, menolong orang miskin, memuliakan (menjamu) tamumu, dan suka menolong orang-orang yang terkena musibah.” [HR. Imam Bukhooriy dan Imam Muslim]
Demikianlah sikap Siti Khodijah yang mulia dalam menenangkan dan meyakinkan RosuuluLLooh SAW.

Bagaimana  beliau SAW tidak bersedih, terbayang di dalam benak beliau SAW bagaimana Sayyidah Khodijah dengan mudah mengeluarkan seluruh hartanya untuk dakwah. Terbayanglah bagaimana Sayyidah Khodijah dengan kedudukannya yang mulia telah melindungi RosuuluLLooh dari kaum kafir Quroisy, rela menderita, dicaci dan dihina, diboikot selama tiga tahun hingga beliau makan rerumputan untuk menyambung hidupnya. Dan kini wanita tercinta itu telah tiada. Cinta pertama Nabi SAW, Siti Khodijah binti Khuwailid RAnha.

RosuuluLLooh SAW pernah bersabda tentang rasa cinta beliau kepada istrinya tersebut:
“Sungguh ALLooh telah menganugerahkan kepadaku rasa cinta kepada Khodijah.” [HR. Imam Muslim]

Kecintaan RosuuluLLooh SAW kepada Sayyidah Khodijah begitu besar, bahkan digambarkan bahwa hal tersebut menjadi hal yang paling dicemburui oleh Sayyidah ‘Aisyah. Sayyidah ‘Aisyah berkata:
“Aku tidak pernah merasa cemburu kepada salah seorang istri Nabi SAW seperti rasa cemburu kepada Khodijah. Ia wafat sebelum Nabi SAW menikahiku. Kendati demikian, beliau sering menyebutnya. ALLooh juga memerintahkan beliau untuk memberikan kabar gembira kepadanya bahwa sebuah rumah  yang terbuat dari permata telah dipersiapkan untuknya di surga. Dan beliau suka menyembelih kambing kemudian menghadiahkannya kepada bibi-bibi Khodijah.” [HR. Imam Bukhooriy]

Dalam kesempatan lain, Sayyidah ‘Aisyah mengatakan:
“Terkadang beliau SAW menyembelih kambing, memotong-motongnya menjadi beberapa bagian, kemudian memberikannya kepada teman-teman Khadijah.” [HR. Imam Bukhooriy]

Karena sangat mencintai Sayyidah Khodijah RAnha, maka ketika mendengar suara Halah – saudari Sayyidah Khodijah – yang meminta izin untuk bertemu dengannya, beliau SAW merasa sangat senang, sebab suara Halah sangat mirip dengan suara Sayyidah Khodijah RAnha.

Dalam kesempatan lain, Sayyidah ‘Aisyah RAnha menceritakan:
“Nabi SAW ketika menyebut tentang Khodijah maka beliau pun memujinya, dengan pujian yang sangat indah. Maka suatu hari aku pun cemburu dan berkata.” Terlalu sering engkau menyebut-nyebutnya, ia seorang wanita yang sudah tua. ALLooh telah memberimu ganti dengan wanita yang lebih baik darinya.” Maka Nabi berkata, “ALLooh tidak menggantikannya dengan seorang pun wanita yang lebih baik darinya. Ia telah beriman kepadaku tatkala orang-orang kafir kepadaku, ia telah membenarkan aku tatkala orang-orang mendustakan aku, ia telah membantuku dengan hartanya tatkala orang-orang menahan hartanya dan tidak membantuku, dan ALLooh telah menganugerahkan darinya anak-anak tatkala ALLooh tidak menganugerahkan kepadaku anak-anak dari wanita-wanita yang lain.” [HR. Imam Achmad]

Sayyidah Khodijah RAnha memiliki banyak keistimewaan, di antaranya adalah sebagaimana tersebut dalam hadits di atas dan juga diceritakan oleh Sayyidina Abu Huroiroh RA dalam hadits berikut:
“Jibril mendatangi Nabi SAW lalu berkata, “Duhai RosuuluLLooh, Khodijah telah datang, membawa tempayang berisi kuah daging atau makanan atau minuman, maka jika ia tiba sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dariku, serta kabarkanlah kepadanya bahwa ia memiliki sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara, di dalamnya tidak ada suara keras (hiruk pikuk) dan juga tidak ada keletihan.” [HR. Imam Bukhooriy dan Imam Muslim]

Oleh karena itu, ketika Siti Khodijah RAnha wafat, bertambahlah beban dakwah yang harus dipikul Nabi SAW.



Sunday, 10 March 2019

Boikot Kafir Quroisy


Image result for boikot kaum quraisySemenjak RosuuluLLooh SAW mendakwahkan Islam, kaum kafir tidak pernah berhenti untuk menyiksa dan menganiaya ummat Islam. Menyaksikan berbagai siksaan berat yang diterima oleh para sahabat tersebut, maka pada bulan Rojab tahun kelima setelah kenabian RosuuluLLooh memerintahkan sejumlah muslimin untuk berhijrah ke Habasyah, sebuah negeri di Afrika yang sekarang bernama Ethiopia yang ketika itu berada di bawah pemerintahan seorang raja yang sangat bijaksana, yaitu Najasyi. RosuuluLLooh SAW bersabda kepada para sahabat:
“Di sana ada penghidupan dan kelapangan, serta raja yang adil yang tidak akan menyerahkan seseorang yang meminta suaka kepadanya.” [HR. Imam Baihaqi]

Maka berangkatlah 14 orang sahabat , terdiri dari 10 sahabat pria dan 4 sahabat wanita, di antaranya adalah Sayyidina Utsman bin Affan dan istrinya Ruqoyyah putri RosuuluLLooh SAW. Raja Najasyi ternyata menerima para sahabat dengan baik dan setelah itu ia bahkan memeluk Islam.

Pada tahun keenam setelah kenabian Sayyidina Hamzah bin Abdul Muththolib (paman RosuuluLLooh) dan Sayyidina Umar bin Khoththob masuk Islam. Mengetahui kenyataan pahit ini habis sudah kesabaran para pembesar kafir Quroisy. Maka pada malam pertama bulan Mucharrom tahun ketujuh setelah kenabian, mereka pun berkumpul dan memutusan untuk memutuskan hubungan dengan Bani Hasyim dan Bani Muththolib. Mereka melarang semua orang Quroisy untuk melakukan jual beli, bergaul, maupun menikah dengan kedua suku ini sampai mereka semua mati atau mereka mau menyerahkan RosuuluLLooh SAW.

Pernyataan ini mereka tulis dan mereka gantungkan di atap Ka’bah untuk menunjukkan betapa seriusnya mereka.

Abu Tholib, paman yang sangat mencintai keponakannya ini pun tidak tinggal diam. Beliau segera mengumpulkan semua anak keturunan Abdul Muththolib dan memerintahkan agar mereka melindungi RosuuluLLooh SAW. Beliau memerintahkan agar bani Abdul Muththolib memberikan tempat kepada RosuuluLLooh SAW di syi’ib (pemukiman) mereka dan melindungi beliau dari gangguan semua orang yang ingin mencelakainya. Semua Bani Hasyim dan Bani Abdul Muththolib, baik yang Muslim maupun yang belum beriman sepakat untuk melaksanakan perintah Abu Tholib ini. Mereka semua menetap di syi’ib dan tidak akan menyerahkan RosuuluLLooh SAW kepada orang-orang musyrik Quroisy apa pun resikonya.

Selama tiga tahun keluarga Bani Hasyim dan Bani Muththolib dipaksa hidup di pemukiman Bani Muththolib (Syi’ib) tanpa bisa keluar, diboikot dalam pergaulan dan perekonomian sehingga mereka beberapa kali terpaksa harus makan dedaunan karena kekurangan makanan. Begitu pula keluarga RosuuluLLooh SAW. Orang-orang kafir berharap agar kedua bani ini mau menyerahkan RosuuluLLooh SAW kepada mereka dan mereka dapat berbuat apa pun terhadap beliau SAW sesukanya. Akan tetapi hal itu tidak pernah terjadi.

Tiga tahun berlalu, ALLooh pun mengirimkan rayap untuk memakan surat pernyataan yang mereka gantungkan di atap Ka’bah. Semua kalimat yang tertulis di dalam surat tersebut dimakan rayap, kecuali kalimat, “BismikaLLoohumma (Dengan nama-Mu duhai ALLooh)”. ALLooh menyampaikan hal ini kepada RosuuluLLooh SAW dan beliau SAW memberitahukannya kepada paman beliau Abu Tholib. “Demi ALLooh, keponakanku tidak pernah berdusta kepadaku.” Ujar Abu Tholib sembari berjalan mendatangi pemuka-pemuka Quroisy. Abu Tholib menceritakan kepada mereka bahwa surat pernyataan mereka telah dimakan rayap dan yang tersisa hanyalah nama ALLooh. Mereka pun segera menurunkan surat tersebut, dan ternyata memang demikian. Mereka merasa sangat malu. Abu Tholib berkata kepada mereka, “Duhai orang-orang Quroisy, mengapa kalian memboikot dan mengucilkan kami, padahal sudah sangat jelas bahwa kalianlah yang berbuat dzholim, memutuskan silaturrohim dan berbuat jahat.” Pada saat itulah Abu Tholib melantunkan syair:
Bukankah kalian telah menyaksikan
bahwa surat pernyataan boikot dihancurkan
Dan semua tulisan yang tidak diridhoi ALLooh dihapuskan.”

Setelah menyaksikan kenyataan pahit ini, mereka pun menghentikan pemboikotan tersebut.

Thursday, 7 March 2019

Isro’ Mi’roj Mukjizat Agung Nabi Muchammad SAW


Isro’ Mi’roj merupakan peristiwa terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah kehidupan manusia, yaitu di mana seorang manusia dipertemukan dengan Penciptanya secara langsung dalam kehidupan dunia ini. Peristiwa tersebut hanya dianugerahkan ALLooh kepada Baginda Muchammad SAW. Tentunya dalam perjalanan itu banyak sekali pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik. Jika dalam perjalanan keluar kota saja kita dapat memetik banyak pelajaran, bagaimana kiranya dalam perjalanan menjelajah alam semesta yang tujuan utamanya adalah untuk bertemu dengan ALLooh?

Perjalanan ini tidak terjadi di saat beliau menerima wahyu, akan tetapi hampir sepuluh tahun kemudian. Dalam kurun waktu tersebut RosuuluLLooh SAW mengalami berbagai penderitaan, penindasan dan hinaan yang luar biasa dari kaumnya. Setelah mengalami semua hal yang tidak menyenangkan tersebut, ALLooh kemudian menjemput beliau SAW untuk bertemu dengan-Nya.

Dalam pertemuan yang singkat dalam hitungan waktu dunia, dan tidak terbatas dalam hakikat ketuhanan, sebab ALLooh tidak dibatasi oleh apa pun, termasuk waktu itu sendiri, terdapat berbagai peristiwa yang sarat dengan hikmah.

Sebagai seorang hamba, tentunya setiap orang ingin berjumpa dengan Tuhannya, bertemu dengan Penciptanya. Akan tetapi semua orang berhasil berjumpa dengan ALLooh, baik dalam arti hubungan hati dengan ALLooh dalam perjalanan hidup, atau dalam arti yang sebenarnya, yaitu perjumpaan dengan ALLooh di surga-Nya kelak.

Tentunya kita ingin menjadi manusia yang berhasil bertemu dengan ALLooh dan memperoleh kebahagiaan yang tiada tara, lantas bagaimana caranya?

Cara terbaik bagi seseorang yang ingin berhasil dan sukses adalah dengan meniru keberhasilan dan kesuksesan orang lain. Oleh karena itu, barangsiapa ingin berjumpa dengan ALLooh hendaknya ia meneladani hikmah perjalanan RosuuluLLooh SAW menuju perjumpaan dengan ALLooh.