Saturday, 4 April 2020

Menghafal Al-Qur’an Hanya Dalam 8 Hari


Muhammad bin Syihab Az-Zuhri (Pelopor Penulisan Hadits)

Biografi Muhammad bin Syihab Az-Zuhri * Dosen Muslim
Beliau dilahirkan di tahun 58 Hijriah, di akhir kepemimpinan Sayyidina Muawiyah. Pada tahun itu juga terjadi kejadian wafatnya Siti Aisyah RAnha, istri RosuuluLLooh SAW. Ibnu Syihab Az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz dan Syam, reputasinya menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz dan Syam. Selama delapan tahun Ibnu Syihad Az-Zuhri ia tinggal bersama Sa’id bin Al-Musayyab di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam. Di sana pula ia wafat.

Az-Zuhri adalah nama panggilan yang dsematkan oleh para ulama ahli hadits. Selain Az-Zuhri, dalam beberapa literatur beliau juga disebut dengan nama panggilan Abu Bakar Al-Madani. Beliau adalah seorang yang kaya lagi dermawan. Beliau memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Daulah Bani Umayyah. ALLooh SWT mengaruniakan kepada beliau kecerdasan yang tinggi dan kekuatan hafal yang mengagumkan. Dengan itu semua beliau mendapat kedudukan tinggi terutama dalam bidang ilmu hadits, dan kepada beliau bermuaralah ilmu hadits. Beliaulah orang pertama yang membukukan ilmu hadits atas perintah Kholifah Umar bin Abdul Aziz.

Az-Zuhri tumbuh menjadi seorang remaja di sebuah kota kecil di antar hijaz dan syam, bernama Ailah. Salah satu sahabatnya bernama Sholih bin Kisan memberikan kesaksian, “Aku menuntut ilmu bersama Az-Zuhri, dia berkata kepadaku: ‘Mari kita tulis apa yang berasal dari Nabi SAW,’ pada kesempatan yang lain dia berkata pula, ‘mari kita tulis apa yang berasal dari sahabat,’ dia menulis dan aku tidak. Akhirnya dia berhasil dan aku gagal.”

Para ulama mengatakan, ketika itu tulisan-menulis memang belum menjadi budaya bagi masyarakat arab, karena sebagian besar dari mereka masih ummi (tidak bisa membaca dan menulis) dan menyimpan ilmunya dengan mengandalkan kekuatan hafalan. Namun Az-Zuhri memiliki prinsip beda, beliau tetap menghafal, namun memiliki nilai lebih yakni menulis. Kegigihannya dalam membukukan hadits pun akhirnya mendapat dukungan besar dari Kholifah Umar bin Abdul Aziz. Dan Imam As-Suyuthi dalam bait Alfiah-nya mengatakan: “Orang pertama yang membukukan hadits dan atsar adalah Ibnu Syihab atas perintah Umar.”

Lebih dari 2200 hadits berhasil dihafal oleh Az-Zuhri, dan beberapa diantaranya tertulis dalam kitab Shohih Bukhori dan Shohih Muslim. Beberapa ulama pun memujinya dengan pujian bahwa sanad hadits terkuat adalah yang berasal dari jalur Az-Zuhri dari Salim dari Bapaknya.

Abu Bakar Al-Hudzalli mengatakan, “Aku telah duduk bermajelis kepada Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin, namun aku tidak melihat seorang pun yang semisal dengan Imam Az-Zuhri.”

Bila dibandingkan beliau, maka Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin jauh di atas beliau karena mereka adalah termasuk para tabi’in senior, tetapi ilmu adalah semata-mata anugerah dari ALLooh SWT. ALLooh SWT mengaruniakan keutamaan dan Rohmah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.

Beliau banyak mengambil ilmu dari para tabi’in senior seperti kepada Sayyidut Tabi’in Sa’id bin Musayyib (Sa’id bin Musayyab), Urwah bin Zubair, Al-Qosim bin Muchammad, Anas bin Malik, Aban bin Utsman, Ibrohim bin Abdurrohman bin Auf, dan Nafi’ Mula Ibnu Umar.

Sementara itu, beberapa murid ternama beliau antara lain. Imam Malik bin Anas “Imam Daril Hijrah”, Al-Laits, Zaid bin Aslam, Sufyan bin Uyainah, Umar bin Abdul Aziz, dan Muchammad bin Al-Munkadir.

Az-Zuhri meriwayatkan hadits bersumber dari AbduLLooh bin Umar, AbduLLooh bi Ja’far, Shol bin Sa’ad, Urwah bin Az-Zubair, Atho’ bin Abi Robah. Ia juga mempunyai riwayat-riwayat yang berasal dari Ubadah bin Ash-Shomit, Abu Huroiroh, Rafi’ bin Khudaij, dan beberapa lainnya.

Imam Bukhori berpendapat bahwa sanad yang paling shohih adalah Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya.

Sedangkan Abu Bakar bin Abi Syaibah menyatakan bahwa sanadnya yang paling shohih adalah Az-Zuhri, dari Ali bin Husain, dari bapaknya dari kakeknya (Ali bin Abi Tholib). Muchammad bin Muslim bin UbaidiLLaah bin AbduLLooh wafat di Sya’bad pada tahun 123 H, ada yang mengatakan ia wafat tahun 125H.

PUJIAN ULAMA
Amr bin Dinar mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih mengetahui tentang hadits dibandingkan Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri).”
Ahmad bin Hambal berkata, “Az-Zuhri adalah manusia yang terbaik haditsnya dan terbagus jalan sanadnya.”

Al-Laits menyatakan, “Aku tidak melihat seorang alim pun yang lebih luas ilmunya dibandingkan Imam Az-Zuhri. Tatkala beliau berbicara tentang targhib (nasihat dan anjuran), engkau akan katakan: ‘Tidak ada yang terbaik kecuali beliau’, bila beliau berbicara tentang hari-hari Arab dan penyebutan nasab, engkau akan katakan: ‘Tidak ada penyebutan nasab, engkau akan katakan: ‘Tidak ada yang terbaik kecuali beliau’, dan bila beliau sedang berbicara tentang Al-Qur’an dan hadits, engkau pun akan mengatakan yang semisal.” Imam Makhul pernah ditanya, “Siapa orang yang paling alim yang pernah engkau jumpai?” Ia menjawab, “Ibnu Syihab.” Lalu ditanyakan, “Siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibnu Syihab.” “Dan siapa lagi?” Beliau tetap menjawab, “Ibnu Syihab.”

KEUNGGULAN
Tak ada seorang pun yang terlahir ke alam dunia ini dalam keadaan berilmu, telah hafal Al-Qur’an dan hadits, memiliki pemahaman yang benar dari pemahaman yang menyimpang, tentu tidak ada. Seluruhnya sama, namun yang membedakan adalah bekal yang cukup dan ketinggian semangat. Tentunya hal itu tidak terlepas dari Rohmah dan Fadhilah (keutamaan) dari ALLooh SWT. Tidaklah beliau menjadi Syaikhul Islam kecuali setelah melakukan upaya yang tidak dilakukan oleh selainnya, demikian juga Az-Zuhri tidaklah beliau menjadi Imam Az-Zuhri melainkan karena beliau memiliki beberapa faktor pendukung yang tidak dimiliki oleh yang selainnya. Di antara sebab-sebab dan faktor pendukung beliau adalah:

Pertama, Kekuatan Hafalan. Kekuatan hafalan beliau menjadi tanda yang nyata akan keutamaan beliau. Imam Adz-Dzahabi berkata, “Di antara yang menunjukkan kekuatan hafalan Imam Az-Zuhri adalah beliau mampu hafal Al-Qur’an hanya dalam waktu 8 hari, sebagaimana hal itu diriwayatkan oleh putra saudara beliau, Muchammad bin AbdiLLaah.” Imam Az-Zuhri pernah mengatakan, “Aku tidak pernah melakukan persiapan dalam menyampaikan hadits, dan aku tidak pernah ragu tentang hafalanku kecuali satu hadits, aku tanyakan kepada saudaraku, ternyata itu pun sama dengan yang aku hafal.” Al-Laits berkata, “Ibnu Syihab pernah mengatakan, ‘Tidaklah sedikit pun sesuatu yang telah aku hafal lalu aku lupa setelahnya’.”

Kedua, beliau menulis seluruh yang ia dengar. Dari Abdurrahman bin Abi Zinad dari ayahnya ia berkata, “Aku pernah berthowaf bersama Ibnu Syihab, dan ia membawa lembaran-lembaran dan buku tulis sampai kami menertawakannya.” Dalam riwayat lain, “Kami menulis perkara halal dan haram sedangkan Ibnu Syihab menulis semua yang ia dengar, ketika kami merasa butuh dengan beliau, barulah kami tahu bahwa beliau manusia yang paling mengetahui.”

Ketiga, memuliakan ilmu dan ahli ilmu. Imam Az-Zuhri pernah bercerita, “Aku pernah datang ke rumah Urwah bin Zubair, di depan pintu aku berhenti hingga akhirnya aku pergi dan tidak jadi masuk, seandainya aku pergi dan tidak jadi masuk, itu tidak aku lakukan yang demikian karena memuliakan beliau.” Dari Sufyan ia mengatakan, “Aku mendengar Az-Zuhri mengatakan, ‘Si Fulan telah menceritakan hadits kepadaku dan beliau adalah lautan ilmu’, tidak hanya sekedar mengatakan ‘beliau adalah seorang yang alim’.“ Beliau lakukan itu karena memuliakan ilmu dan ahli ilmu. Beliau sangat menghormati gurunya, memuliakannya, karena merekalah orang-orang yang banyak memberi manfaat dan kebaikan, dan demikianlah para guru mengajarkan kepada kita.

Keempat, mengambil sebab untuk membantu kuatnya hafalan. Imam Az-Zuhri pernah mengatakan, “Barangsiapa yang senang menghafal hadits hendaklah ia memakan kismis/ anggur kering.” Al-Hakim mengomentari, “Karena kismis/ anggur keringnya negeri Hijaz hangat, manis dan lembut, terlihat kering, dan dapat mencegah lendir.” Al-Laits mengatakan, Imam Az-Zuhri sering meminum madu seperti minumnya seorang terhadap minumannya, beliau mengatakan, ‘Beri kami minum madu dan ceritakanlah hadits kepadaku.’ Dan beliau sangat sering minum madu, dan tidak makan apel sedikit pun.” Beliau (Al-Laits) juga mengatakan, “Az-Zuhri pernah mengatakan, ‘Tidaklah sesuatu yang telah melekat di hatiku lalu lupa di kemudian hari.’ Beliau membenci makan apel, namun beliau senang meminum madu. Katanya, ‘Madu itu dapat mempertajam ingatan’.”


No comments:

Post a Comment