Muhammad bin Syihab
Az-Zuhri (Pelopor Penulisan Hadits)
Beliau dilahirkan
di tahun 58 Hijriah, di akhir kepemimpinan Sayyidina Muawiyah. Pada tahun itu
juga terjadi kejadian wafatnya Siti Aisyah RAnha, istri RosuuluLLooh SAW. Ibnu
Syihab Az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz dan Syam, reputasinya
menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz dan Syam.
Selama delapan tahun Ibnu Syihad Az-Zuhri ia tinggal bersama Sa’id bin
Al-Musayyab di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam. Di sana pula ia
wafat.
Az-Zuhri adalah
nama panggilan yang dsematkan oleh para ulama ahli hadits. Selain Az-Zuhri,
dalam beberapa literatur beliau juga disebut dengan nama panggilan Abu Bakar
Al-Madani. Beliau adalah seorang yang kaya lagi dermawan. Beliau memiliki
kedudukan yang tinggi di dalam Daulah Bani Umayyah. ALLooh SWT mengaruniakan
kepada beliau kecerdasan yang tinggi dan kekuatan hafal yang mengagumkan.
Dengan itu semua beliau mendapat kedudukan tinggi terutama dalam bidang ilmu
hadits, dan kepada beliau bermuaralah ilmu hadits. Beliaulah orang pertama yang
membukukan ilmu hadits atas perintah Kholifah Umar bin Abdul Aziz.
Az-Zuhri tumbuh menjadi
seorang remaja di sebuah kota kecil di antar hijaz dan syam, bernama Ailah.
Salah satu sahabatnya bernama Sholih bin Kisan memberikan kesaksian, “Aku
menuntut ilmu bersama Az-Zuhri, dia berkata kepadaku: ‘Mari kita tulis apa yang
berasal dari Nabi SAW,’ pada kesempatan yang lain dia berkata pula, ‘mari kita
tulis apa yang berasal dari sahabat,’ dia menulis dan aku tidak. Akhirnya dia
berhasil dan aku gagal.”
Para ulama
mengatakan, ketika itu tulisan-menulis memang belum menjadi budaya bagi
masyarakat arab, karena sebagian besar dari mereka masih ummi (tidak
bisa membaca dan menulis) dan menyimpan ilmunya dengan mengandalkan kekuatan
hafalan. Namun Az-Zuhri memiliki prinsip beda, beliau tetap menghafal, namun
memiliki nilai lebih yakni menulis. Kegigihannya dalam membukukan hadits pun
akhirnya mendapat dukungan besar dari Kholifah Umar bin Abdul Aziz. Dan Imam
As-Suyuthi dalam bait Alfiah-nya mengatakan: “Orang pertama yang membukukan
hadits dan atsar adalah Ibnu Syihab atas perintah Umar.”
Lebih dari 2200
hadits berhasil dihafal oleh Az-Zuhri, dan beberapa diantaranya tertulis dalam
kitab Shohih Bukhori dan Shohih Muslim. Beberapa ulama pun memujinya dengan
pujian bahwa sanad hadits terkuat adalah yang berasal dari jalur Az-Zuhri dari
Salim dari Bapaknya.
Abu Bakar
Al-Hudzalli mengatakan, “Aku telah duduk bermajelis kepada Hasan Al-Bashri
dan Ibnu Sirin, namun aku tidak melihat seorang pun yang semisal dengan Imam
Az-Zuhri.”
Bila dibandingkan
beliau, maka Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin jauh di atas beliau karena mereka
adalah termasuk para tabi’in senior, tetapi ilmu adalah semata-mata anugerah
dari ALLooh SWT. ALLooh SWT mengaruniakan keutamaan dan Rohmah-Nya kepada siapa
yang Dia kehendaki.
Beliau banyak
mengambil ilmu dari para tabi’in senior seperti kepada Sayyidut Tabi’in Sa’id
bin Musayyib (Sa’id bin Musayyab), Urwah bin Zubair, Al-Qosim bin Muchammad,
Anas bin Malik, Aban bin Utsman, Ibrohim bin Abdurrohman bin Auf, dan Nafi’
Mula Ibnu Umar.
Sementara itu,
beberapa murid ternama beliau antara lain. Imam Malik bin Anas “Imam Daril
Hijrah”, Al-Laits, Zaid bin Aslam, Sufyan bin Uyainah, Umar bin Abdul Aziz, dan
Muchammad bin Al-Munkadir.
Az-Zuhri
meriwayatkan hadits bersumber dari AbduLLooh bin Umar, AbduLLooh bi Ja’far,
Shol bin Sa’ad, Urwah bin Az-Zubair, Atho’ bin Abi Robah. Ia juga mempunyai
riwayat-riwayat yang berasal dari Ubadah bin Ash-Shomit, Abu Huroiroh, Rafi’
bin Khudaij, dan beberapa lainnya.
Imam Bukhori
berpendapat bahwa sanad yang paling shohih adalah Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya.
Sedangkan Abu Bakar
bin Abi Syaibah menyatakan bahwa sanadnya yang paling shohih adalah Az-Zuhri,
dari Ali bin Husain, dari bapaknya dari kakeknya (Ali bin Abi Tholib).
Muchammad bin Muslim bin UbaidiLLaah bin AbduLLooh wafat di Sya’bad pada tahun
123 H, ada yang mengatakan ia wafat tahun 125H.
PUJIAN ULAMA
Amr bin Dinar
mengatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih mengetahui tentang
hadits dibandingkan Ibnu Syihab (Imam Az-Zuhri).”
Ahmad bin Hambal berkata, “Az-Zuhri adalah manusia yang terbaik haditsnya dan terbagus jalan sanadnya.”
Ahmad bin Hambal berkata, “Az-Zuhri adalah manusia yang terbaik haditsnya dan terbagus jalan sanadnya.”
Al-Laits
menyatakan, “Aku tidak melihat seorang alim pun yang lebih luas ilmunya
dibandingkan Imam Az-Zuhri. Tatkala beliau berbicara tentang targhib (nasihat
dan anjuran), engkau akan katakan: ‘Tidak ada yang terbaik kecuali beliau’,
bila beliau berbicara tentang hari-hari Arab dan penyebutan nasab, engkau akan
katakan: ‘Tidak ada penyebutan nasab, engkau akan katakan: ‘Tidak ada yang
terbaik kecuali beliau’, dan bila beliau sedang berbicara tentang Al-Qur’an dan
hadits, engkau pun akan mengatakan yang semisal.” Imam Makhul pernah ditanya,
“Siapa orang yang paling alim yang pernah engkau jumpai?” Ia menjawab, “Ibnu
Syihab.” Lalu ditanyakan, “Siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibnu Syihab.” “Dan
siapa lagi?” Beliau tetap menjawab, “Ibnu Syihab.”
KEUNGGULAN
Tak ada seorang pun
yang terlahir ke alam dunia ini dalam keadaan berilmu, telah hafal Al-Qur’an
dan hadits, memiliki pemahaman yang benar dari pemahaman yang menyimpang, tentu
tidak ada. Seluruhnya sama, namun yang membedakan adalah bekal yang cukup dan
ketinggian semangat. Tentunya hal itu tidak terlepas dari Rohmah dan Fadhilah
(keutamaan) dari ALLooh SWT. Tidaklah beliau menjadi Syaikhul Islam kecuali
setelah melakukan upaya yang tidak dilakukan oleh selainnya, demikian juga
Az-Zuhri tidaklah beliau menjadi Imam Az-Zuhri melainkan karena beliau memiliki
beberapa faktor pendukung yang tidak dimiliki oleh yang selainnya. Di antara
sebab-sebab dan faktor pendukung beliau adalah:
Pertama, Kekuatan
Hafalan. Kekuatan hafalan beliau menjadi tanda yang nyata akan keutamaan
beliau. Imam Adz-Dzahabi berkata, “Di antara yang menunjukkan kekuatan hafalan
Imam Az-Zuhri adalah beliau mampu hafal Al-Qur’an hanya dalam waktu 8 hari,
sebagaimana hal itu diriwayatkan oleh putra saudara beliau, Muchammad bin
AbdiLLaah.” Imam Az-Zuhri pernah mengatakan, “Aku tidak pernah melakukan
persiapan dalam menyampaikan hadits, dan aku tidak pernah ragu tentang
hafalanku kecuali satu hadits, aku tanyakan kepada saudaraku, ternyata itu pun
sama dengan yang aku hafal.” Al-Laits berkata, “Ibnu Syihab pernah mengatakan,
‘Tidaklah sedikit pun sesuatu yang telah aku hafal lalu aku lupa setelahnya’.”
Kedua, beliau
menulis seluruh yang ia dengar. Dari Abdurrahman bin Abi Zinad dari ayahnya ia
berkata, “Aku pernah berthowaf bersama Ibnu Syihab, dan ia membawa
lembaran-lembaran dan buku tulis sampai kami menertawakannya.” Dalam riwayat
lain, “Kami menulis perkara halal dan haram sedangkan Ibnu Syihab menulis semua
yang ia dengar, ketika kami merasa butuh dengan beliau, barulah kami tahu bahwa
beliau manusia yang paling mengetahui.”
Ketiga, memuliakan
ilmu dan ahli ilmu. Imam Az-Zuhri pernah bercerita, “Aku pernah datang ke rumah
Urwah bin Zubair, di depan pintu aku berhenti hingga akhirnya aku pergi dan
tidak jadi masuk, seandainya aku pergi dan tidak jadi masuk, itu tidak aku
lakukan yang demikian karena memuliakan beliau.” Dari Sufyan ia mengatakan,
“Aku mendengar Az-Zuhri mengatakan, ‘Si Fulan telah menceritakan hadits
kepadaku dan beliau adalah lautan ilmu’, tidak hanya sekedar mengatakan ‘beliau
adalah seorang yang alim’.“ Beliau lakukan itu karena memuliakan ilmu dan ahli
ilmu. Beliau sangat menghormati gurunya, memuliakannya, karena merekalah
orang-orang yang banyak memberi manfaat dan kebaikan, dan demikianlah para guru
mengajarkan kepada kita.
Keempat, mengambil
sebab untuk membantu kuatnya hafalan. Imam Az-Zuhri pernah mengatakan,
“Barangsiapa yang senang menghafal hadits hendaklah ia memakan kismis/ anggur
kering.” Al-Hakim mengomentari, “Karena kismis/ anggur keringnya negeri Hijaz
hangat, manis dan lembut, terlihat kering, dan dapat mencegah lendir.” Al-Laits
mengatakan, Imam Az-Zuhri sering meminum madu seperti minumnya seorang terhadap
minumannya, beliau mengatakan, ‘Beri kami minum madu dan ceritakanlah hadits
kepadaku.’ Dan beliau sangat sering minum madu, dan tidak makan apel sedikit
pun.” Beliau (Al-Laits) juga mengatakan, “Az-Zuhri pernah mengatakan, ‘Tidaklah
sesuatu yang telah melekat di hatiku lalu lupa di kemudian hari.’ Beliau
membenci makan apel, namun beliau senang meminum madu. Katanya, ‘Madu itu dapat
mempertajam ingatan’.”
No comments:
Post a Comment