Friday, 20 March 2020

BERJUTA HIKMAH ISRO’ MI’ROJ


Image result for isra mirajIsro’ Mi’roj adalah sebuah perjalanan qudus Baginda Nabi SAW. Betapa tidak, perjalanan ini menegaskan keluhuran derajat beliau di sisi ALLooh SWT, Sang Maha Raja alam semesta. Tiada makhluk yang lebih adiluhung derajatnya disanding beliau. Beliau adalah kreasi paripurna dan termulia, yang mendapat kehormatan untuk berjumpa langsung dengan ALLooh sebelum beliau meninggal dunia. Dengan pertemua sacral itu, berarti Baginda Nabi SAW telah menggapai puncak tangga hakikat.

Bagi ummat Islam, Isro’ Mi’roj merupakan peristiwa yang menguji level keimanan. Tatkala Baginda Nabi SAW menceritakan perjalanan lintas alam yang ditempuhnya hanya dalam sekejap, iman sebagian ummat Islam langsung terguncang. Mereka menganggap beliau sudah “ngelantur” hingga akhirnya mereka menjadi murtad. Sebagian sahabat yang lain malah semakin kokoh keimanannya. Tanpa meminta bukti konkrit atau dalil ilmiah, mereka menyatakan percaya kepada kisah perjalanan dahsyat itu. Mereka inilah insan-insan mukmin pilihan yang pasrah kepada semua ketentuan ALLooh SWT dan meyakini secara total sabda-sabda Baginda Nabi SAW.

Di samping itu, Isro’ Mi’roj adalah peristiwa yang memendam banyak hikmah dan perjalanan penting yang bisa dipetik oleh setiap orang yang punya pikiran jernih. Ada bejibun hikmah agung yang mesti direnungkan ummat Islam dalam setiap sesi perjalanan Baginda Nabi SAW. Bila bepergian keluar kota saja kita bisa dengan perjalanan lintas dunia dan lintas alam semesta.

Perjalanan Isro’ Mi’roj dihadiahkan ALLooh SWT kepada Baginda Muchammad SAW setelah beliau mengalami serangkaian cobaan berat. Beliau ditinggal pergi dua manusia terkasih yang selama ini melindungi dan menaungi beliau dari intimidasi kaum kafir Quroisy. Mereka adalah pamanda Abu Tholib dan istri terkasih Siti Khodijah putri Khuwailid. Sepeninggal mereka, terror kaum kafir Quroisy kepada beliau kian mengganas. Beliau nyaris terbunuh di depan Ka’bah karena leher beliau dijerat oleh Uqbah bin Abi Muaith pada waktu beliau beribadah. Beruntung Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq segera datang untuk menyelamatkan beliau. Beliau juga dilempari batu, tanah dan kotoran binatang oleh musuh-musuhnya.

Setelah cobaan datang bertubi-tubi, ALLooh SWT menghibur beliau dengan sebuah travel yang paling mengesankan sepanjang sejarah alam semesta. Beliau diajak jalan-jalan menyambangi tempat-tempat paling bersejarah di atas dunia. Kemudian beliau menyinggahi setiap lapisan langit yang tentu memiliki panorama super eksotik. Tidak hanya itu, beliau juga menengok surga dan neraka, dua tempat yang hanya bisa dikunjungi manusia setelah mengalami kematian. Masih banyak lagi destinasi menakjubkan yang disaksikan Baginda Nabi SAW dan puncaknya adalah berjumpa ALLooh SWT.

Dari sini mungkin kita bisa mengambil pelajaran bahwa ada baiknya sekali-sekali kita melakukan traveling atau perjalanan untuk menghilangkan penat. Sebagai manusia, tentu normal mengalami rasa bosan dengan aktivitas sehari-hari. Bila dipaksakan terus, kebosanan itu bisa memantik stress yang tentu sangat tidak bagus bagi kondisi kejiwaan. Penting bagi kita untuk sekali-sekali keluar dari rutinitas sehari-hari. Tengoklah luasnya dunia yang diciptakan ALLooh SWT. Di luar tempat kita tinggal, terbentang keindahan alam. Betapa banyak pelajaran dari kehidupan lain yang berdenyut di atas dunia. Dengan begitu, pikiran kita bakal segar kembali dan siap dijejali lagi dengan seabrek tugas baru.

Sebelum berangkat Isro’ Mi’roj, Baginda Nabi Muchammad SAW mengalami penyucian hati dalam arti sebenarnya. Dada beliau dibelah oleh malaikat, kemudian hati beliau dicuci dengan air zam-zam. Setelah itu hati beliau dituangi iman dan hikmah. Menurut Imam Nawawi, yang dimaksud hikmah ialah pengetahuan tentang makrifat kepada ALLooh serta terbukanya mata hati, kebersihan diri, dan terkuaknya kebenaran secara nyata. Penyucian ini sangat penting, karena sebentar lagi beliau akan menghadap ALLooh SWT.

Penyucian hati Baginda Nabi SAW tidak berarti hati beliau kotor. Beliau adalah pemimpin para Nabi yang terjaga dari segala dosa dan karat hati. Penyucian itu dilakukan dalam rangka menambah kesucian pribadi beliau. Selain itu, juga untuk memberi pelajaran kepada ummat Islam, bahwa sebelum menghadap ALLooh lewat sholat, mereka mesti menyucikan diri dan hati mereka. Menyucikan diri dengan wudhu atau mandi, lalu menyucikan hati dengan taubat dan istighfar. Seperti disabdakan Baginda Nabi SAW, sholat adalah mi’rojnya kaum muslimin. Dengan sholat mereka menghadap serta berdialog dengan ALLooh SWT. Bedanya, Baginda Nabi SAW menyaksikan ALLooh SWT secara langsung sedangkan ummatnya tidak secara langsung.

Pada perjalanan Isro’ Mi’roj yang menakjubkan itu, Baginda Nabi SAW diajak singgah ke tempat-tempat yang menyimpan berkah dan punya nilai historis tinggi. Hal ini terungkap dalam hadits riwayat Imam An-Nasa’i berikut, “Aku diberi seekor hewan yang lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghol. Langkah hewan itu sejauh pandangannya. Aku menungganginya, dan Jibril AS mendampingiku. Aku pun pergi. Di sebuah tempat Jibril berkata, “Turunlah, sholatlah di sini.” Aku pun turun dan sholat. Setelah itu JIbril berkata, “Tahukah dimana engkau tadi sholat? Engkau tadi sholat di Thoibah (Madinah), di sanalah tempat hijrahmu.” (Setelah melanjutkan perjalanan) Jibril berkata, “Turunlah di sini dan sholatlah.” Aku pun melaksanakan permintaannya. Setelah itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi sholat? Engkau sholat di Thursina, di mana ALLooh Azza wa Jalla berbicara kepada Musa AS.” (Setelah melanjutkan perjalanan) Jibril berkata, “Turunlah di sini dan sholatlah.” Aku pun turun dan sholat. Setelah itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi sholat? Engkau sholat di Bethlehem, tempat kelahiran Isa AS.” Setelah itu aku memasuki Baitul Maqdis, di mana semua Nabi AS dikumpulkan untuk (bertemu dengan)ku. Jibril kemudian membawaku ke depan (untuk menjadi imam). Aku pun lalu mengimami mereka…” [HR. Imam Nasa’i]

Hadits di atas mengingatkan kita tentang pentingnya menyambangi tempat-tempat yang penuh berkah. Tempat yang berkah senantiasa dipancari Rohmat ALLooh SWT, sehingga orang yang singgah di situ merasa tentram dan beroleh banyak kebaikan. Keberkahan suatu tempat bergantung kepada penghuni dan proses pembuatannya. ALLooh SWT berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. [QS. Al-A’rof: 96]

Di samping itu, dalam perjalanan Isro’ Mi’roj, Baginda RosuuluLLooh SAW dipertemukan dengan para Nabi dan Rosul. Selain memberikan nilai lebih dan hikmah dalam perjanan itu, pertemuan itu memberi pelajaran kepada ummat Islam akan pentingnya menjumpai orang-orang sholeh. Berkah dan kebaikan yang banyak akan tercurah dalam  majelis – majelis orang-orang sholeh. Demikian pula hikmah dan kebijaksanaan, seperti yang dialami Baginda Nabi SAW di malam Isro’ Mi’roj itu.

Di langit pertama, beliau bertemu Nabi Adam AS dengan bentuk dan postur seperti pertama kali ALLooh menciptakannya. Baginda Nabi SAW uluk salam kepadanya, dan Nabi Adam AS menjawab salam beliau seraya berkata, “Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan Nabi yang sholeh.”

Di samping kanan Nabi Adam AS bersemayam ruh para penghuni surga dan di sebelah kirinya bersemayam ruh para penghuni neraka. Bila menoleh ke arah kanan, Nabi Adam AS tersenyum, dan bila menoleh ke kiri beliau menangis.

Hikmah pertemuan di langit pertama ini adalah, bahwa setelah Isro’ Mi’roj, Baginda Nabi SAW akan berhijrah ke Madinah karena teror kaum kafir Quroisy seperti halnya Nabi Adam AS yang keluar dari surga gara-gara permusuhan iblis. Hikmah lainnya adalah, sebagaimana Nabi Adam AS mempersiapkan kemakmuran bumi lewat anak-cucunya, maka di awal Hijrah, Baginda Nabi SAW akan mempersiapkan kejayaan Islam.

Di langit kedua, Baginda Nabi SAW berjumpa Nabi Isa dan Nabi Yahya AS. Baju dan gaya rambut keduanya hampir serupa. Baginda Nabi SAW melukiskan postur Nabi Isa AS sedang, kulitnya putih kemerah-merahan warna, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam karena kebersihan tubuhnya. Bagindan Nabi SAW mengucapkan salam kepada keduanya, dan mereka menjawab seraya memberi sambutan, “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan Nabi yang sholeh.”

Pertemuan di langit kedua ini mencerminkan apa yang akan dialami Baginda Nabi SAW di tahun kedua Hijrah. Beliau akan mendapat intimidasi dari golongan Yahudi seperti yang dialami mereka berdua. Namun begitu, beliau akan mendapat bantuan dari kaum Anshor (muslimin Madinah) dalam perang Badar, seperti Nabi Isa mendapat bantuan dari kaum Hawariyin.

Di langit ketiga, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf AS. Baginda Nabi SAW berkomentar: “Sungguh ia telah dikaruniai separuh ketampanan.” Hikmah perjumpaan di langit ketiga ini adalah, bahwa pada tahun ketiga Hijriah, beliau akan mengalami musibah seperti yang dialami Nabi Yusuf AS. Pada perang Uhud di tahun ketiga, beliau dan ummat Islam memang mengalami musibah besar.

Kemudian di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS, manusia pertama yang memperkenalkan baca-tulis. Hikmah pertemua ini adalah, bahwa pada tahun keempat Hijriah, Baginda Nabi SAW menggunakan surat-menyurat sebagai sarana dakwah kepada sejumlah raja di dunia. Di tahun ini juga beliau mengangkat juru tulis dan membuat stempel.

Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun AS. Separuh janggutnya hitam dan separuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Hikmah pertemuan di langit kelima ini adalah, bahwa pada tahun kelima Hijriah, Baginda Nabi SAW akan dikhianati orang-orang Yahudi seperti Nabi Harun AS dikhianati Bani Isroil.

Di langit keenam beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, Nabi kebanggaan Bani Isroil. Postur tubuh beliau tinggi dan kulit beliau putih kemerah-merahan. Baginda Nabi SAW mengucapkan salam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa AS berkata, “Manusia (Bani Isroil) mengaku bahwa aku adalah manusia paling mulia di sisi ALLooh, padahal dia (RosuuluLLooh SAW) lebih mulia di sisi ALLooh daripada aku.”

Tatkala Baginda Nabi SAW hendak melanjutkan perjalanan, Nabi Musa AS menangis. Ketika ditanya akan hal itu, beliau menjawab, “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, ternyata ummatnya lebih banyak masuk surga daripada ummatku.”

Beliau menangis bukan karena iri dan dengki, akan tetapi menangisi ummatnya yang banyak masuk neraka karena menentangnya. Padahal, seandainya mereka patuh kepadanya, niscaya mereka akan masuk surga dan beroleh kenikmatan-kenikmatan tiada tara. Derajat Nabi Musa AS juga akan semakin dinaikkan bila ummatnya mendapat pahala banyak.

Hikmah pertemuan di langit keenam ini adalah, bahwa di tahun keenam Hijriah Baginda Nabi SAW akan berangkat ke Mekkah untuk menunaikan Haji bersama para sahabat. Namun beliau akan dihalangi oleh orang-orang kafir, seperti halnya Nabi Musa AS pernah dihalangi memasuki Palestina.

Tatkala memasuki langit ketujuh, beliau berjumpa Nabi Ibrohim AS yang tengah duduk sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur. Setiap hari Baitul Makmur dimasuki 70.000 malaikat dan mereka tidak pernah kembali setelah itu. Tentang pertemuan ini, Baginda Nabi SAW bersabda, “Aku berjumpa dengan Nabi Ibrohim waktu malam di-Isro’-kan. Nabi Ibrohim berkata, ‘Sampaikanlah salamku kepada ummatmu. Informasikan kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah SubhanaLLooh wal chamdu liLLaah wa laa ilaaha illaaLLooh waLLoohu akbar.”

Persuaan Baginda Nabi SAW dengan para Nabi dalam perjalanan Isro’ Mi’roj ini mengajarkan kepada kita agar kita tidak lupa kepada orang-orang sholeh. Pada saat mengunjungi suatu kota, jangan lupa menanyakan keberadaan orang sholeh di kota itu, baik kiai atau pun habib. Sambangi mereka dan mintalah doa dari mereka, sebab berkah dan rohmat tidak jauh dari mereka. Cari pula keberadaan makam para wali yang dikenal sholeh di masa hidupnya. Ziarahi makam mereka, sebab pada hakikatnya mereka masih hidup dan dengan lapang hati akan menemui orang-orang yang menziarahi mereka.

Demikian sekelumit hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan Isro’ Mi’roj Bagindan Muchammad SAW. Andai direnungkan lebih mendalam, sebenarnya masih banyak lagi hikmah yang terpendam. Pada intinya, Isro’ Mi’roj adalah salah satu tanda kebesaran ALLooh SWT dan sekaligus mukjizat Baginda Nabi SAW. Sebagai manusia beriman, tentu kita meyakini bahwa tak ada yang sulit bila sudah berada di dalam ranah qudrot dan irodah ALLooh SWT.

No comments:

Post a Comment