Perawi Hadits
Tentang Nasab Nabi
Watsilah ibn
Al-Asqa adalah seorang sahabat Nabi dari suku Kinanah, keturunan Bani Laitsi.
Ayahnya bernama Al-Asqa ibn Abdul Uzza. Ia memiliki beberapa nama panggilan
seperti Abu Al-Asqa, Abu Syaddad, atau Abu Qirshofah.
![Image result for sahabat Watsilah bin Al-Asqa](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigQUTndMd-fKgdRot7AJvch3-k3Sjub5RmA_S5V9-2J7VkTIZz8KG35qaECuFQ9pkpk3Kj_pXgeEx_B2spgHJGZOvvKB_bcFUspj6hrq6xCZyRhKwa5lb1bzbHMvzH81QkVYOCKIAP8IQa/s320/sejarah-islam.www.mint.web.id.jpg)
Dalam kitab Shohih,
Imam Muslim mencatat sebuah riwayat tentang keutamaan Nabi Muchammad SAW. Ia
meriwayatkan dari Al-Walid ibn Muslim dari Al-Auza’i dari Abu Amar dan Syaddad
dari Watsilah ibn Al-Asqa bahwa RosuuluLLooh SAW bersabda, “Sungguh ALLooh
telah menurunkan Kinanah dari anak keturunan Ismail, melahirkan Suku Quroisy dari
Suku Bangsa Kinanah, melahirkan Bani Hasyim dari tengah-tengah Suku Quroisy
melahirkanku dari tengah-tengah Bani Hasyim.”
LANGSUNG
BERPERANG
Ibnu Al-Atsir
menuturkan diri Al-Waqidi bahwa Watsilah ibn Al-Asqa tinggal di pinggiran
Madinah sampai ia mendatangi Nabi Muchammad SAW lalu menunaikan sholat shubuh bersama Beliau. Seperti biasa, usai sholat shubuh RosuuluLLooh SAW menengok ke
belakang dan memperhatikan para sahabatnya. Pandangan Beliau tertuju kepada Watsilah ibn Al-Asqa, dan
Beliau bertanya, “Apa yang membawamu datang ke sini?”
Ia menjawab, “Aku ingin berbaiat.” Atas dasar sesuatu yang kau suka dan
yang tidak kau suka?”, “Benar”, “Apakah benar engkau sanggup melakukan apa pun
yang kau mampu?”, “Ya, aku sanggup.”
Pada saat itu RosuuluLLooh SAW sedang bersiap-siap untuk berangkat ke
Tabuk, sementara Watsilah tidak mempunyai apa pun untuk dibawa berperang. Maka
ia berteriak, “Siapakah yang siap menjamin kebutuhanku dan memberikan busur
serta anak panahnya?”, “Ka’ab ibn Ujro menjawab, “Aku yang akan menanggungmu
dan membawamu nanti malam. Apapun yang kubawa adalah juga milikmu, panahku
adalah panahmu”. Watsilah berkata, “Baiklah.” Watsilah melanjutkan, “Semoga
ALLooh SWT membalasnya dengan kebaikan. Ia mau membawaku dan memberiku
perbekalan. Aku makan bersamanya dan ia telah mengangkat derajatku.”
Ketika RosuuluLLooh SAW mengutus Kholid bin Walid ke Ukaidar Al-Kindi di
Daumatul Jandal, Ka’b dan Watsilah ikut serta dalam pasukan tersebut. Pada
peperangan itu Watsilah mendapatkan enam ekor unta. Ketika bertemu dengan Ka’b
ibn Ujroh, Watsilah berkata, “Keluarlah dan lihatlah unta-unta milikmu!”
Ka’b menjawab sambil tersenyum, “Semoga ALLooh memberkatimu! Aku
membawamu bukan berarti aku ingin mengambil milikmu.”
Setelah itu, Watsilah menetap di Bashroh dan membuat sebuah rumah. Lalu
dia pindah ke Syam di kampong Balath yang berjarak tiga farsakh dari kota
Damaskus. Ia ikut dalam peperangan untuk menaklukkan Damaskus dan berbagai
peperangan yang lain, termasuk peperangan di Homs. Kemudian ia pindah ke
Palestina dan menetap di Al-Quds. Ada juga yang mengatakan bahwa dia tinggal di
Bayt Jabarin.
KELUARGA NABI
Al Muhib
Ath-Thobari meriwayatkan bahwa Watsilah ibn Al-Asqa berkata, “Aku pernah
menanyakan Ali di rumahnya, lantas dijawab ia pergi menemui RosuuluLLooh SAW.
Tak lama kemudian Ali datang bersama RosuuluLLooh SAW. Beliau memasuki sebuah
rumah (rumah Ummu Salamah) diikuti oleh Ali. Beliau duduk di atas tikar, lalu
meminta Fatimah duduk di sebelah kanannya dan Ali di sebelah kirinya, sedangkan
Hasan dan Husein di kedua sisi Beliau. Kemudian Beliau membacakan firman ALLooh
SWT: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang jahiliyyah dahulu dan dirikanlah sholat,
tunaikanlah zakat, dan taatilah ALLooh dan Rosul-Nya. Sesungguhnya ALLooh
bermaksud hendak menghilangkan dosa darimu, hai ahlul bait dan membersihkanmu
dengan sebersih-bersihnya.” [QS.
Al-Ahzab: 33]
Lalu berdoa, “Yaa
ALLooh mereka adalah keluargaku.” Watsilah ibn Al-Asqa berkata, “Sementara aku
wahi RosuuluLLooh, apakah termasuk keluargamu?” Beliau menjawab, “Engkau juga
termasuk keluargaku.” Watsilah ibn Al-Asqa berkata, “Pengakuan Beliau itulah
yang selama ini sangat kuharapkan.”
Abu Hatim dan Ahmad
dalam Al-Musnad menyebutkan riwayat ini. Ketika ditanya, “Apa yang dimaksud
dengan Al-Rijsu?” Watsilah ibn Al-Asqa menjawab, “Ragu terhadap ALLooh.” Ia
juga menuturkan bahwa pertemuan itu terjadi di rumah Ummu Salamah.
Imam Ahmad mencatat
sebuah riwayat yang redaksinya dari Watsilah ibn Al-Asqa, bahwa RosuuluLLooh
SAW menambahkan pada bagian akhir doanya, “Yaa ALLooh mereka adalah keluargaku.
Dan keluargaku lebih berhak.”
Watsilah ibn
Al-Asqa benar-benar mendapatkan kebahagiaan yang tak terkira. Abu Mushar
mengatakan bahwa Watsilah ibn Al-Asqa wafat dalam usia 98 tahun, sedangkan Said
ibn Kholid mengatakan bahwa ia wafat dalam usia 105 tahun di Damaskus atau di
Baitul Maqdis, Palestina. Semoga ALLooh merohmatinya.
Tulisannya cukup bagus, tapi Mungkin bisa di kasih tahu buku atau kitab referensi penulisan.
ReplyDeleteTerimakasih