Thursday, 18 June 2020

Shochabiyah RosuuluLLooh, Ummu Ma’bad


Kisah Rasul dan Sahabat - Kisah Ummi Ma'bad Sang Penggembala ...Pemilik Tempat Singgah Saat Nabi Hijrah

Perjalanan hijrah RosuuluLLooh SAW yang disertai sahabat beliau, Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berlangsung diam-diam, menghindari kejaran Quroisy. Perjalanan yang tak ringan. Di tengah payahnya perjalanan Makkah-Madinah, mereka singgah di sebuah tenda, tempat tinggal sepasang suami istri yang selalu memberikan jamuan kepada orang-orang yang singgah di sana. Peristiwa yang menakjubkan pun terjadi dalam kehidupan seorang wanita bernama Ummu Ma’bad.

Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah, Atikah bintu Kholid bin Kholif bin Munqidz bin Robi’ah bin Ashrom bin Dhobis bin Harom bin Habsyiyah bin Salul bin Ka’b bin ‘Amr dari Khuza’ah. Mereka dikaruniai seorang anak yang mereka beri nama Ma’bad. Dengan nama inilah mereka berkunyah mendapat julukan.

Mereka berdua tinggal di Qudaid, antara Makkah dan Madinah. Namun mungkin mereka tak pernah menyangka tempat tinggal mereka akan menjadi tempat yang masyhur dengan singgahnya utusan ALLooh SWT di sana.

Ummu Ma’bad adalah seorang wanita yang tekun dan ulet. Dia biasa duduk di serambi tendanya, memberi makanan dan minuman kepada siapa pun yang melewati tendanya.

Sementara itu, RosuuluLLooh SAW dan Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq RA hendak melanjutkan perjalanan kembali setelah bersembunyi selama tiga hari dalam  gua Tsur. Budak Sayyidina Abu Bakar, ‘Amr bin Fuhairoh menyertai mereka. Juga seorang penunjuk jalan, AbduLLooh bin ‘Uraqith Al-Laitsi yang datang pada hari yang ditentukan membawa dua tunggangan milik RosuuluLLooh SAW dan Sayyidina Abu Bakar. Senin dini hari mereka berangkat.

Selasa, mereka sampai di Qudaid. Berempat mereka singgah di tenda Ummu Ma’bad. RosuuluLLooh SAW dan Sayyidina Abu Bakar meminta daging dan kurma yang dia miliki. Mereka hendak membelinya.
“Kalau kami memiliki sesuatu, tentu kalian tidak akan kesulitan mendapat jamuan.” Kata Ummu Ma’bad. Saat itu adalah masa paceklik, kambing-kambing pun tidak beranak.

RosuuluLLooh SAW melihat seekor kambing betina di samping tenda. “Mengapa kambing ini?” tanya beliau. “Dia tertinggal dari kambing-kambing yang lain karena lemah.” Jawab Ummu Ma’bad. “Apa dia masih mengeluarkan susu?” tanya RosuuluLLooh SAW lagi. “Bahkan dia lebih payah dari itu!” ujar Ummu Ma’bad.
“Apakah engkau izinkan bila kuperah susunya?” tanya RosuuluLLooh SAW. “Boleh, demi ayah dan ibuku,” jawab Ummu Ma’bad. “Bila kau lihat dia masih bisa diperah susunya, perahlah!”

RosuuluLLooh SAW mengusap kantong susu kambing betina itu sambil menyebut nama ALLooh SWT dan berdoa. Seketika itu juga, kantong susu kambing betina itu menggembung dan membesar. RosuuluLLooh SAW meminta bejana pada Ummu Ma’bad, lalu memerah susu kambing itu dalam bejana hingga penuh. RosuuluLLooh SAW menyerahkan bejana itu pada Ummu Ma’bad. Ummu Ma’bad pun meminum susu itu hingga kenyang. Setelah itu beliau memberikannya kepada yang lainnya hingga mereka pun kenyang. Barulah beliau meminum susu itu.

RosuuluLLoh SAW memerah susu kambing itu lagi hingga memenuhi bejana. Beliau tinggalkan bejana yang penuh berisi susu itu untuk Ummu Ma’bad, kemudian mereka melanjutkan perjalanan.

Tak lama kemudian, suami Ummu Ma’bad datang sambil menggiring kambing-kambing yang kurus dan lemah. Ketika melihat bejana berisi susu, ia bertanya keheranan, “Dari mana susu ini? Padahal kambing-kambing kita tidak beranak dan di rumah tak ada kambing yang bisa diperah!”
“Demi ALLooh,” kata Ummu Ma’bad. “Tadi ada seseorang yang penuh berkah lewat di sini. Di antara ucapannya, begini dan begini …”
“Demi ALLooh,” sahut Abu Ma’bad, “Aku yakin, dialah salah seorang Quroisy yang sedang mereka cari-cari! Gambarkan padaku, bagaimana ciri-cirinya, wahai Ummu Ma’bad!”
Ummu Ma’bad pun melukiskan sifat RosuuluLLooh SAW yang dilihatnya, “Dia sungguh elok. Wajahnya berseri-seri. Bagus perawakannya, tidak gemuk, tidak kecil kepalanya, tampan rumawan. Bola matanya hitam legam, bulu matanya panjang. Suaranya agak serak-serak, dan lehernya jenjang. Jenggotnya lebat, matanya jeli bagaikan bercelak. Alisnya panjang melengkung dengan kedua ujung yang bertemu, rambutnya hitam legam. Bila diam, dia tampak berwibawa, bila berbicara, dia tampak ramah. Amat bagus dan elok dilihat dari kejauhan, amat tampan dipandang dan dekat. Manis tutur katanya, tidak sedikit bicaranya, tidak pula berlebihan, ucapannya bak untaian marjan. Perawakannya sedang, tidak dipandang remeh karena pendek, tak pula enggan mata memandangnya karena terlalu tinggi. Dia bagai pertengahan antara dua dahan, dia yang paling tampan dan paling mulia dari ketiga temannya yang lain. Dia memiliki temen-temen yang mengelilinginya. Bila dia berbicara, mereka mendengarkan ucapannya baik-baik. Bila dia memerintahkan sesuatu, mereka dengan segera melayani dan menaati perintahnya. Dia tak pernah bermuka masam dan tak bertele-tele ucapannya.”

Mendengar penuturan itu, Abu Ma’bad berkata yakin, “Demi ALLooh, dia pasti orang Quroisy yang sedang mereka cari-cari. Abu bertekad untuk menemaninya, dan sungguh aku akan melakukannya jika kudapatkan jalan untuk itu!”

Hari  yang  penuh kebaikan dari sisi ALLooh SWT. Pada hari itu, Ummu Ma’bad masuk Islam. Dikisahkan, kambing Ummu Ma’bad yang diusap oleh RosuuluLLooh SAW panjang umurnya. Kambing itu tetap hidup sampai masa pemerintahan ‘Umar ibnul Khoththob RA tahun 12 H dan selalu mengeluarkan air susunya saat diperah, pagi maupun sore hari.


No comments:

Post a Comment