Isro’ Mi’roj adalah sebuah
perjalanan qudus Baginda Nabi SAW. Betapa tidak, perjalanan ini menegaskan
keluhuran derajat beliau di sisi ALLooh SWT, Sang Maha Raja alam semesta. Tiada
makhluk yang lebih adiluhung derajatnya disanding beliau. Beliau adalah kreasi
paripurna dan termulia, yang mendapat kehormatan untuk berjumpa langsung dengan
ALLooh sebelum beliau meninggal dunia. Dengan pertemua sacral itu, berarti
Baginda Nabi SAW telah menggapai puncak tangga hakikat.
Bagi ummat Islam, Isro’ Mi’roj
merupakan peristiwa yang menguji level keimanan. Tatkala Baginda Nabi SAW
menceritakan perjalanan lintas alam yang ditempuhnya hanya dalam sekejap, iman
sebagian ummat Islam langsung terguncang. Mereka menganggap beliau sudah “ngelantur”
hingga akhirnya mereka menjadi murtad. Sebagian sahabat yang lain malah semakin
kokoh keimanannya. Tanpa meminta bukti konkrit atau dalil ilmiah, mereka
menyatakan percaya kepada kisah perjalanan dahsyat itu. Mereka inilah
insan-insan mukmin pilihan yang pasrah kepada semua ketentuan ALLooh SWT dan
meyakini secara total sabda-sabda Baginda Nabi SAW.
Di samping itu, Isro’ Mi’roj
adalah peristiwa yang memendam banyak hikmah dan perjalanan penting yang bisa
dipetik oleh setiap orang yang punya pikiran jernih. Ada bejibun hikmah agung
yang mesti direnungkan ummat Islam dalam setiap sesi perjalanan Baginda Nabi
SAW. Bila bepergian keluar kota saja kita bisa dengan perjalanan lintas dunia
dan lintas alam semesta.
Perjalanan Isro’ Mi’roj
dihadiahkan ALLooh SWT kepada Baginda Muchammad SAW setelah beliau mengalami
serangkaian cobaan berat. Beliau ditinggal pergi dua manusia terkasih yang
selama ini melindungi dan menaungi beliau dari intimidasi kaum kafir Quroisy.
Mereka adalah pamanda Abu Tholib dan istri terkasih Siti Khodijah putri
Khuwailid. Sepeninggal mereka, terror kaum kafir Quroisy kepada beliau kian
mengganas. Beliau nyaris terbunuh di depan Ka’bah karena leher beliau dijerat
oleh Uqbah bin Abi Muaith pada waktu beliau beribadah. Beruntung Sayyidina Abu
Bakar Ash-Shiddiq segera datang untuk menyelamatkan beliau. Beliau juga
dilempari batu, tanah dan kotoran binatang oleh musuh-musuhnya.
Setelah cobaan datang
bertubi-tubi, ALLooh SWT menghibur beliau dengan sebuah travel yang paling
mengesankan sepanjang sejarah alam semesta. Beliau diajak jalan-jalan
menyambangi tempat-tempat paling bersejarah di atas dunia. Kemudian beliau
menyinggahi setiap lapisan langit yang tentu memiliki panorama super eksotik.
Tidak hanya itu, beliau juga menengok surga dan neraka, dua tempat yang hanya
bisa dikunjungi manusia setelah mengalami kematian. Masih banyak lagi destinasi
menakjubkan yang disaksikan Baginda Nabi SAW dan puncaknya adalah berjumpa
ALLooh SWT.
Dari sini mungkin kita bisa
mengambil pelajaran bahwa ada baiknya sekali-sekali kita melakukan traveling
atau perjalanan untuk menghilangkan penat. Sebagai manusia, tentu normal
mengalami rasa bosan dengan aktivitas sehari-hari. Bila dipaksakan terus,
kebosanan itu bisa memantik stress yang tentu sangat tidak bagus bagi kondisi
kejiwaan. Penting bagi kita untuk sekali-sekali keluar dari rutinitas
sehari-hari. Tengoklah luasnya dunia yang diciptakan ALLooh SWT. Di luar tempat
kita tinggal, terbentang keindahan alam. Betapa banyak pelajaran dari kehidupan
lain yang berdenyut di atas dunia. Dengan begitu, pikiran kita bakal segar
kembali dan siap dijejali lagi dengan seabrek tugas baru.
Sebelum berangkat Isro’ Mi’roj,
Baginda Nabi Muchammad SAW mengalami penyucian hati dalam arti sebenarnya. Dada
beliau dibelah oleh malaikat, kemudian hati beliau dicuci dengan air zam-zam.
Setelah itu hati beliau dituangi iman dan hikmah. Menurut Imam Nawawi, yang
dimaksud hikmah ialah pengetahuan tentang makrifat kepada ALLooh serta
terbukanya mata hati, kebersihan diri, dan terkuaknya kebenaran secara nyata.
Penyucian ini sangat penting, karena sebentar lagi beliau akan menghadap ALLooh
SWT.
Penyucian hati Baginda Nabi SAW
tidak berarti hati beliau kotor. Beliau adalah pemimpin para Nabi yang terjaga
dari segala dosa dan karat hati. Penyucian itu dilakukan dalam rangka menambah
kesucian pribadi beliau. Selain itu, juga untuk memberi pelajaran kepada ummat
Islam, bahwa sebelum menghadap ALLooh lewat sholat, mereka mesti menyucikan
diri dan hati mereka. Menyucikan diri dengan wudhu atau mandi, lalu menyucikan
hati dengan taubat dan istighfar. Seperti disabdakan Baginda Nabi SAW, sholat
adalah mi’rojnya kaum muslimin. Dengan sholat mereka menghadap serta berdialog
dengan ALLooh SWT. Bedanya, Baginda Nabi SAW menyaksikan ALLooh SWT secara langsung
sedangkan ummatnya tidak secara langsung.
Pada perjalanan Isro’ Mi’roj yang
menakjubkan itu, Baginda Nabi SAW diajak singgah ke tempat-tempat yang
menyimpan berkah dan punya nilai historis tinggi. Hal ini terungkap dalam
hadits riwayat Imam An-Nasa’i berikut, “Aku
diberi seekor hewan yang lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari
baghol. Langkah hewan itu sejauh pandangannya. Aku menungganginya, dan Jibril
AS mendampingiku. Aku pun pergi. Di sebuah tempat Jibril berkata, “Turunlah,
sholatlah di sini.” Aku pun turun dan sholat. Setelah itu JIbril berkata,
“Tahukah dimana engkau tadi sholat? Engkau tadi sholat di Thoibah (Madinah), di
sanalah tempat hijrahmu.” (Setelah melanjutkan perjalanan) Jibril berkata,
“Turunlah di sini dan sholatlah.” Aku pun melaksanakan permintaannya. Setelah
itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi sholat? Engkau sholat di
Thursina, di mana ALLooh Azza wa Jalla berbicara kepada Musa AS.” (Setelah
melanjutkan perjalanan) Jibril berkata, “Turunlah di sini dan sholatlah.” Aku
pun turun dan sholat. Setelah itu Jibril berkata, “Tahukah di mana engkau tadi
sholat? Engkau sholat di Bethlehem, tempat kelahiran Isa AS.” Setelah itu aku
memasuki Baitul Maqdis, di mana semua Nabi AS dikumpulkan untuk (bertemu
dengan)ku. Jibril kemudian membawaku ke depan (untuk menjadi imam). Aku pun
lalu mengimami mereka…” [HR. Imam
Nasa’i]
Hadits di atas mengingatkan kita
tentang pentingnya menyambangi tempat-tempat yang penuh berkah. Tempat yang
berkah senantiasa dipancari Rohmat ALLooh SWT, sehingga orang yang singgah di
situ merasa tentram dan beroleh banyak kebaikan. Keberkahan suatu tempat
bergantung kepada penghuni dan proses pembuatannya. ALLooh SWT berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi”. [QS. Al-A’rof: 96]
Di samping itu, dalam perjalanan
Isro’ Mi’roj, Baginda RosuuluLLooh SAW dipertemukan dengan para Nabi dan Rosul.
Selain memberikan nilai lebih dan hikmah dalam perjanan itu, pertemuan itu
memberi pelajaran kepada ummat Islam akan pentingnya menjumpai orang-orang sholeh.
Berkah dan kebaikan yang banyak akan tercurah dalam majelis – majelis orang-orang sholeh.
Demikian pula hikmah dan kebijaksanaan, seperti yang dialami Baginda Nabi SAW
di malam Isro’ Mi’roj itu.
Di langit pertama, beliau bertemu Nabi Adam AS dengan
bentuk dan postur seperti pertama kali ALLooh menciptakannya. Baginda Nabi SAW
uluk salam kepadanya, dan Nabi Adam AS menjawab salam beliau seraya berkata,
“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan Nabi yang sholeh.”
Di samping kanan Nabi Adam AS bersemayam ruh para penghuni surga dan di
sebelah kirinya bersemayam ruh para penghuni neraka. Bila menoleh ke arah
kanan, Nabi Adam AS tersenyum, dan bila menoleh ke kiri beliau menangis.
Hikmah pertemuan di langit pertama ini adalah, bahwa setelah Isro’ Mi’roj,
Baginda Nabi SAW akan berhijrah ke Madinah karena teror kaum kafir Quroisy
seperti halnya Nabi Adam AS yang keluar dari surga gara-gara permusuhan iblis.
Hikmah lainnya adalah, sebagaimana Nabi Adam AS mempersiapkan kemakmuran bumi
lewat anak-cucunya, maka di awal Hijrah, Baginda Nabi SAW akan mempersiapkan
kejayaan Islam.
Di langit kedua, Baginda Nabi SAW berjumpa Nabi Isa dan Nabi Yahya AS. Baju
dan gaya rambut keduanya hampir serupa. Baginda Nabi SAW melukiskan postur Nabi
Isa AS sedang, kulitnya putih kemerah-merahan warna, rambutnya lepas terurai
seakan-akan baru keluar dari hammam karena kebersihan tubuhnya. Bagindan Nabi
SAW mengucapkan salam kepada keduanya, dan mereka menjawab seraya memberi
sambutan, “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan Nabi yang sholeh.”
Pertemuan di langit kedua ini mencerminkan apa yang akan dialami Baginda
Nabi SAW di tahun kedua Hijrah. Beliau akan mendapat intimidasi dari golongan
Yahudi seperti yang dialami mereka berdua. Namun begitu, beliau akan mendapat
bantuan dari kaum Anshor (muslimin Madinah) dalam perang Badar, seperti Nabi
Isa mendapat bantuan dari kaum Hawariyin.
Di langit ketiga, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf AS. Baginda Nabi SAW
berkomentar: “Sungguh ia telah dikaruniai separuh ketampanan.” Hikmah
perjumpaan di langit ketiga ini adalah, bahwa pada tahun ketiga Hijriah, beliau
akan mengalami musibah seperti yang dialami Nabi Yusuf AS. Pada perang Uhud di
tahun ketiga, beliau dan ummat Islam memang mengalami musibah besar.
Kemudian di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS, manusia pertama
yang memperkenalkan baca-tulis. Hikmah pertemua ini adalah, bahwa pada tahun
keempat Hijriah, Baginda Nabi SAW menggunakan surat-menyurat sebagai sarana
dakwah kepada sejumlah raja di dunia. Di tahun ini juga beliau mengangkat juru
tulis dan membuat stempel.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun AS. Separuh janggutnya hitam
dan separuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Hikmah pertemuan di
langit kelima ini adalah, bahwa pada tahun kelima Hijriah, Baginda Nabi SAW
akan dikhianati orang-orang Yahudi seperti Nabi Harun AS dikhianati Bani
Isroil.
Di langit keenam beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, Nabi kebanggaan Bani
Isroil. Postur tubuh beliau tinggi dan kulit beliau putih kemerah-merahan.
Baginda Nabi SAW mengucapkan salam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai
dengan doa. Setelah itu Nabi Musa AS berkata, “Manusia (Bani Isroil) mengaku
bahwa aku adalah manusia paling mulia di sisi ALLooh, padahal dia (RosuuluLLooh
SAW) lebih mulia di sisi ALLooh daripada aku.”
Tatkala Baginda Nabi SAW hendak melanjutkan perjalanan, Nabi Musa AS
menangis. Ketika ditanya akan hal itu, beliau menjawab, “Aku menangis karena seorang
pemuda yang diutus jauh setelah aku, ternyata ummatnya lebih banyak masuk surga
daripada ummatku.”
Beliau menangis bukan karena iri dan dengki, akan tetapi menangisi ummatnya
yang banyak masuk neraka karena menentangnya. Padahal, seandainya mereka patuh
kepadanya, niscaya mereka akan masuk surga dan beroleh kenikmatan-kenikmatan
tiada tara. Derajat Nabi Musa AS juga akan semakin dinaikkan bila ummatnya
mendapat pahala banyak.
Hikmah pertemuan di langit keenam ini adalah, bahwa di tahun keenam Hijriah
Baginda Nabi SAW akan berangkat ke Mekkah untuk menunaikan Haji bersama para
sahabat. Namun beliau akan dihalangi oleh orang-orang kafir, seperti halnya
Nabi Musa AS pernah dihalangi memasuki Palestina.
Tatkala memasuki langit ketujuh, beliau berjumpa Nabi Ibrohim AS yang
tengah duduk sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur. Setiap hari
Baitul Makmur dimasuki 70.000 malaikat dan mereka tidak pernah kembali setelah
itu. Tentang pertemuan ini, Baginda Nabi SAW bersabda, “Aku berjumpa dengan Nabi
Ibrohim waktu malam di-Isro’-kan. Nabi Ibrohim berkata, ‘Sampaikanlah salamku
kepada ummatmu. Informasikan kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah
tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah SubhanaLLooh wal chamdu
liLLaah wa laa ilaaha illaaLLooh waLLoohu akbar.”
Persuaan Baginda Nabi SAW dengan para Nabi dalam perjalanan Isro’ Mi’roj
ini mengajarkan kepada kita agar kita tidak lupa kepada orang-orang sholeh.
Pada saat mengunjungi suatu kota, jangan lupa menanyakan keberadaan orang
sholeh di kota itu, baik kiai atau pun habib. Sambangi mereka dan mintalah doa
dari mereka, sebab berkah dan rohmat tidak jauh dari mereka. Cari pula
keberadaan makam para wali yang dikenal sholeh di masa hidupnya. Ziarahi makam
mereka, sebab pada hakikatnya mereka masih hidup dan dengan lapang hati akan
menemui orang-orang yang menziarahi mereka.
Demikian sekelumit hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari perjalanan
Isro’ Mi’roj Bagindan Muchammad SAW. Andai direnungkan lebih mendalam,
sebenarnya masih banyak lagi hikmah yang terpendam. Pada intinya, Isro’ Mi’roj
adalah salah satu tanda kebesaran ALLooh SWT dan sekaligus mukjizat Baginda
Nabi SAW. Sebagai manusia beriman, tentu kita meyakini bahwa tak ada yang sulit
bila sudah berada di dalam ranah qudrot dan irodah ALLooh SWT.