![Image result for Thawus Bin Kaisan, Tabi'in Senior dari Yaman](https://i0.wp.com/www.islamkafah.com/wp-content/uploads/2017/11/Dammaj-960x460.jpg?fit=960%2C460&ssl=1&resize=350%2C200)
Ada yang berkata bahwa
nama asli beliau adalah Dzakwan, sedang Thowus adalah nama julukan.
Diriwayatkan dari Yahya bin Ma’in ia
berkata, “Beliau dijuluki Thowus (burung merak) karena beliau banyak
menimba ilmu (berkeliling) kepada para qurro (ahli qiroah).” Beliau lahir
di zaman para sahabat, sehingga beliau banyak berjumpa dan menimba ilmu dari
sahabat RosuuluLLooh SAW, di antaranya adalah Jabir bin Abdillah, Abdullah bin
Abbas, Mu’adz bin Jabal, Abdullah bin Umar, Abu Huroiroh Ranhum, dan para
sahabat senior lainnya. Bahkan beliau juga menimba ilmu kepada Ummul Mukminin
Siti Aisyah Ranha.
Demikian banyak
ilmu dan pemahaman yang beliau dapatkan dari para pendahulunya itu, beliau
ajarkan kepada orang-orang yang setelahnya, karena merekalah para penerus
dakwah. Sebut saja di antara murid-murid beliau yang ternama seperti Wahb bin
Munabbih, Atho’ bin Abi Robah, Amr bin Dinar, Mujahid Laits bin Abi Salim
-RochimahuLLooh-, dan yang lainnya. Adz-Dzahabi berkata, “Aku berpendapat
bahwa beliau dilahirkan pada masa kholifah Utsman RA atau sebelum itu.”
Diriwayatkan dari Abu Malik bin Maisaroh dari Thowus ia mengatakan,
“Sungguh aku bertemu dengan 50 orang sahabat-sahabat RosuuluLLooh SAW.”
Pujian Ulama Kepada Beliau
Beliau memiliki
bagian yang banyak dalam hal mengambil ilmu dan mengajarkan kepada ummat, yang
dengan itulah nama beliau tidak asing bagi para penuntut ilmu. Ibnu Hibban
berkata, “Thowus adalah ahli ibadah penduduk Yaman, ahli fiqih mereka, dan
beliau termasuk salah satu pembesar tabi’in.” Hubaib bin Asy-Syahid
berkata, “Aku berada di sisi Amr bin Dinar lalu disebutlah perihal Thowus,
lalu ia (Amr bin Dinar) mengatakan, ‘Aku tidak melihat seorang pun semisal
Thowus’.”
Dari Utsman bin
Sa’id, ia berkata, “Aku berkata kepada Yahya bin Ma’in, ‘Apakah Thowus yang
lebih engkau cintai atau Sa’id bin Zubair?’ Beliau menjawab, “Ia adalah
seorang yang tsiqoh yang tidak diperbandingkan.” Atho bin Abi Robah
meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA bahwa beliau mengatakan, “Sungguh
aku menyangka bahwa Thowus adalah termasuk penduduk surga.”
Potret Kepribadian Beliau
Di antara beberapa
nukilan dari para ulam kita tentang kesungguhan beliau dalam ibadah dan
menghambakan diri di hadapan ALLooh SWT di antaranya : Abdurrahman bin Abi Bakr
al-Makki berkata, “Aku melihat Thowus dan di antara kedua mata beliau tampak
bekas sujud.” Dari Ibnu Syu’dzib ia berkata, “Aku menyaksikan jenazah
Thowus di Mekah pada tahun 150 H, manusia menyebut-nyebut dan memuji beliau.
Semoga ALLooh SWT merohmati Abu Abdirrahman, ia telah berhaji sebanyak 40
kali.”
Dari Daawud bin
Ibrohim, ia menceritakan bahwa suatu hari seekor singa menghalangi jalan kaum
muslimin. Orang-orang melakukan ronda di malam tersebut, di waktu sahur singa
tersebut baru pergi meninggalkan tempat tersebut, maka semua orang -baik di
kanan maupun di kiri- merebahkan tubuh-tubuh mereka dan tidur. Maka berdirilah
Thowus untuk qiyaamul lail (sholat malam), hingga ada seorang yang
menegur beliau, “Apakah engkau tidak tidur, bukankah engkau semalaman
berjaga malam?” Thowus mengatakan, “Akankah seorang muslim tidur di
waktu sahur seperti ini dan tidak ibadah kepada ALLooh SWT.”
Dalam Zuhud
Abu Ashim An-Nabil
berkata, “Telah datang putra mahkota, yaitu putra dari Sulaiman bin Abdul
Malik. Ia datang dan duduk di dekat Thowus, namun beliau tidak menoleh
kepadanya sedikit pun. Lalu seseorang menegur beliau, “Putra dari Amirul
Mukminin telah datang di sisimu, tetapi mengapa engkau tidak mau menoleh
kepadanya....?!” Beliau menjawab, “Aku ingin mengajarkan bahwa hendaknya
seorang hamba bersikap zuhud dari apa yang ada di hadapannya.”
Dari Abdullah bin
Bisyr, ia menceritakan bahwa Thowus al-Yamani memiliki dua jalan untuk menuju
masjid, satu jalan melewati pasar dan ada satu jalan yang lain. Sehari ini
beliau lewat jalan ini, dan jalan yang lain pada hari berikutnya, apabila
beliau memilih jalan yang melewati pasar hingga melihat kepala orang-orang yang
tenggelam daalam dunia dan kehinaan, maka beliau tidak bisa tidur di malam
harinya.
Dari Ibnu Thowus,
ia berkata, “Aku mengatakan kepada ayahku (Thowus) bahwa aku hendak menikahi
gadis, lalu beliau mengatakan, ‘Kalau begitu pergilah untuk nazhar, aku memakai
pakainku yang terbaik, aku berkeramas, dan berdandan sangat rapi, setelah
beliau melihat kondisiku seperti itu tiba-tiba beliau mengatakan,’Duduklah dan
jangan engkau pergi.”
Dalam Waro’
Beliau adalah
seorang yang waro’ dalam berfatwa, tidak asal menjawab pertanyaan yang diajukan kepada beliau. Beliau
senantiasa berhati-hati, karena khawatir apa yang beliau fatwakan ternyata
tidak sejalan dengan apa yang dikehendaki ALLooh SWT. Dari Ayyub ia berkata, “Ada
seorang yang hendak bertanya tentang sesuatu masalah kepada Thowus, lalu beliau
mencelanya (karena banyak bertanya pen.) seraya mengatakan, ‘Sungguh ia hendak
menjadikan di leherku tali yang aku diputar dengannya’.” Karena
kehati-hatian beliau, dan takut jawabannya itu dipertanggungjawabkan di sisi
ALLooh kelak.
AL Hafizh berkata,
“Amr bin Dinar telah mengatakan, ‘Sungguh
aku tidak melihat seseorang yang lebih waro’ dan menjaga diri dari sesuatu yang
ada di tangan manusia, daripada Thowus’.” Ibnu Abi Sufyan berkata,
“Saya tidak melihat seorang berilmu yang lebih banyak mengucapkan kalimat ‘Aku
tidak tahu masalah tersebut’, kecuali Thowus.” Ibnu Uyainah berkata, “Orang-orang
yang selalu menjauhi kepemimpinan ada tiga: Abu Dzar di zamannya, Thowus di
zamannya, dan Sufyan Ats-Tsauri di zaman beliau.”
Beliau meninggal dunia pada tahun 100 H. Semoga ALLooh SWT merohmati
Thowus bin Kaisan dan menempatkan beliau di tempat yang tinggi dan mulia di
sisi-Nya. Aamiiin...
No comments:
Post a Comment