Sultan Muhammad Al-Fatih
Muhammad Al-Fatih adalah salah
seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan
sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Al Fatih adalah gelar yang
diterimanya karena berhasil menaklukan Kerajaan Romawi Timur yang telah
berkuasa selama 11 abad.
![Image result for Sultan Muhammad Al-Fatih](https://cdn2.tstatic.net/jabar/foto/bank/images/al-fatih_20170802_214211.jpg)
Muhammad Al-Fatih dilahirkan pada
27 Rajab 835 H/ 30 Maret 1432 M di kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat
itu. Ia adalah putra dari Sultan Murad II yang merupakan raja keenam Daulah
Utsmaniyah. Sultan Murad II memiliki perhatian yang besar terhadap pendidikan
anaknya. Perhatian tersebut terlihat dari
Muhammad kecil yang telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz,
mempelajari hadits-hadits, memahami ilmu fikih, belajar matematika, ilmu falak,
dan strategi perang. Selain itu, Muhammad juga mempelajari berbagai bahasa,
seperti : bahasa Arab, Persia, Latin dan Yunani. Tidak heran, pada usia 21
tahun Muhammad sangat lancar berbahasa Arab, Turki, Persia, Ibrani, Latin dan
Yunani. SubhanALLooh!!!
Walaupun usianya baru seumur
jagung, sang ayah, Sultan Murad II, mengamati Sultan Muhammad memimpin suatu
daerah dengan bimbingan para ulama. Hal itu dilakukan sang ayah agar anaknya
cepat menyadari bahwa dia memiliki tanggung jawab yang besar di kemudian hari.
Menaklukan Bizantium
Sultan Muhammad II diangkat menjadi Kholifah Utsmaniyah pada 5 Muharram
855 H bersamaan dengan 7 Februari 1451 M. Program besar yang langsung ia
canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukan Konstantinopel.
Langkah pertama yang Sultan
Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan
militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan
kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu
militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan
pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik
secara politis maupun militer.
Sultan Muhammad II menyiapkan
lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat
mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan
benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu,
benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan
perbekalan mereka.
Sebelum musuh mencapai benteng
mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di
semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali
dengan melintasi rantai tersebut. Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang
ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut.
Sultan Muhammad menggandeng 70
kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu
dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.
Di pagi hari, Bizantium kaget
bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya
menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan
lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi
pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah
suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.
Tanduk Emas atau Golden Horn
Peperangan dahsyat pun terjadi,
benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya
diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya Bizantium
jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan
ummat Islam gugur.
Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857
H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan Muhammad berhasil memasuki kota
Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad
Al-Fatih, penakluk Konstantinopel.
Saat memasuki Konstantinopel,
Sultan Muhammad Al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur
kepada ALLooh. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan
menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat
pemerintah Kerajaan Utsmani. Kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang
berarti negeri Islam, lalu akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul.
Selain itu, Sultan Muhammad
Al-Fatih memerintahkan untuk membangun masjid di makam sahabat yang mulia Abu
Ayyub Al-Anshori RA, salah seorang sahabat nabi yang wafat saat menyerang
Konstantinopel di zaman Kholifah Muawiyyah bin Abu Sufyan RA.
Setelah itu beberapa penaklukkan
strategis dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Ia membawa pasukannya
menaklukkan Balkan, Yunani, Rumania, Albania, Asia Kecil dan lain-lain.
Selain terkenal sebagai jenderal
perang dan berhasil memperluas kekuasaan Utsmani melebihi sultan-sultan
lainnya, Muhammad Al-Fatih juga dikenal sebagai seorang penyair. Ia memiliki
diwan, kumpulan syair yang ia buat sendiri.
Sultan Muhammad juga membangun
lebih dari 300 Masjid, 57 sekolah dan 59 tempat pemandian di berbagai wilayah
Utsmani. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II
dan Jami’ Abu Ayyub Al Anshori.
Wafatnya Sang Penakluk
Pada bulan Robiul Awal tahun 886
H/ 1481 M, Sultan Muhammad Al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal
ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita
kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk
mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi Sultan, ia pun
wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Robiul Awal 886 H/ 3 Mei
1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31
tahun.
Sebelum wafat, Muhammad Al-Fatih
mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar
senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta,
dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.
No comments:
Post a Comment