Saturday, 26 September 2020

Ashim ibn Tsabit JASADNYA Dilindungi Lebah

Ashim ibn Tsabit Sahabat dari kalangan Anshor yang berasal dari suku Aus keturunan Bani Dhubay. Ia mendapat kemuliaan tersendiri di sisi ALLooh SWT. ALLooh SWT berfirman, "Kekuayiti hanyalah bagi ALLooh, bagi Rosul-Nya, dan bagi orang mukmin." [QS. Al-Munafiqun: 8]




Pertolongan ALLooh SWT sungguh Maha Luas. Dialah sebaik-baiknya penjaga bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya. Pertolongan ALLooh tiada habisnya diberikan kepada orang yang beriman siang dan malam, karena Dia tak pernah tidur atau pun lelah.


Ashim ibn Tsabit ibn Abu Al-Aqloh Al-Anshori Al-Ausi adalah orang yang sangat mencintai ALLooh dan Rosul-Nya serta kaum muslimin. Ia kerap disapa dengan nama Abu Sulaiman. Ia termasuk golongan yang disebutkan dalam firman ALLooh: "Orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang Muhajirin dan Anshor dan orang yang mengikuti mereka dengan baik. ALLooh ridho kepada mereka, dan mereka pun ridho kepada ALLooh, dan ALLooh menyediakan bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." [QS. At-Taubah: 100]


GOLONGAN PERTAMA

Ashim termasuk dalam golongan orang yang pertama-tama masuk Islam. Perang Badar menjadi medan pembuktian keimanan bagi kaum muslim. Perang itu menjadi ujian besar, karena mereka harus menghadapi pasukan yang jumlahnya lebih besar. Mereka sukses melewati ujian itu dan mendapat kemenangan yang besar. Ashim ikut serta dalam peperangan itu, ia menyaksikan para pemuka Quroisy terkapar berkalang tanah.


Suatu hari RosuuluLLooh SAW mengajukan pertanyaan kepada para sahabatnya tentang cara berperang, Ashim ibn Tsabit segera mengambil tombak dan perisainya, lalu menjawab, "Ketika musuh dekat, kira-kira 200 hasta, senjata yang harus digunakan adalah panah. Jika jarak mereka kira-kira sepenombak, gunakanlah tombak untuk bertempur sampai tombak kita patah. Jika tombak sudah patah, singkirkan tombak, dan gunakanlah pedang untuk pertarungan jarak dekat" Nabi SAW bersabda, "begitulah perang dijalankan, barangsiapa yang berperang hendaklah ia berperang seperti cara Ashim berperang."


Berbahagialah Ashim,. karena pandangannya diakui oleh seorang manusia yang paling mulia dan sangat memahami cara-cara berperang. Ashim sendiri adalah seorang dari empat orang kebanggaan suku Aus. Tiga orang lainnya adalah Sa'd ibn Muaz yang kematiannya menggetarkan Arsy, Hanzalah ibn Abu Amir yang jenazahnya dimandikan para malaikat dan Khuzaimah ibn Tsabit pemilik dua kesaksian. RosuuluLLooh SAW menyatakan bahwa kesaksian Hanzalah setara dengan kesaksian dua laki-laki, hanya Hanzalah seorang yang mendapatkan kemuliaan seperti itu.


Ashim ikut merasakan kecamuk perang Badar yang sangat dahsyat. Saat itu, kaum muslim menyaksikan bagaimana para pemuka kafir tewas terbunuh. Hari Badar menjadi salah satu bukti yang menegaskan kemuliaan Islam dan kesesatan kaum musyrik.


Pada perang Badar dan Uhud, Ashim membuktikan keberanian dan kepahlawanannya. Di perang Badar, RosuuluLLooh SAW menyuruhnya membunuh pemimpin Quroisy kedua setelah Abu Jahal, yaitu Uqbah ibn Abu Mu'ith, yang berhasil ditawan oleh pasukan Muslim. Dan saat perang Uhud, ia berhasil membunuh Musafi dan Kilab dua bersaudara putra Tholhah bin Abu Tholhah, keduanya terkapar oleh anak panah Ashim. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, salah seorang dari dua bersaudara itu berkata kepada ibunya bahwa orang yang memanahnya berkata, "Rasakanlah! Aku adalah Ibn Abu Al-Aqloh." Salafah bersumpah bahwa ia minum arak dari tengkorak kepala Ashim.


PERLINDUNGAN AJAIB

Pada tahun keempat Hijrah, datang para utusan dari beberapa penjuru jazirah ke Madinah. Mereka menghadap RosuuluLLooh SAW dan bersyahadat. Mereka memohon agar Beliau mengutus beberapa sahabat untuk mengajarkan agama dan membacakan Al-Qur'an kepada kaum mereka. Maka, Beliau menyuruh enam orang sahabatnya untuk mengemban tugas itu. Mereka adalah Martsad ibn Abu Martsad pimpinan rombongan, Ashim ibn Tsabit bin Abu Al-Aqloh, Kholid ibn Al-Bukair, Khubaib ibn Adi, Zaid ibn Al-Datsinah, dan Abdullah ibn Thoriq.


Namun, saat rombongan itu tiba di mata air Ar-Roji, milik suku Hudzail, keenam Sahabat itu dikepung. Ketika mereka meminta bantuan kepada suku Hudzail, tak seorang pun mau menolong. Tak ada jalan lain, mereka hunus senjata masing-masing dan siap bertarung. Namun, para penyerang itu berkata, "Demi ALLooh, kami tak ingin membunuh kalian. Kami ingin membawa kalian kepada penduduk Makkah agar kami mendapatkan imbalan." Mereka berjanji tidak akan menyakiti para sahabat itu, namun Martsad ibn Martsad, Ibn Al-Bukair, dan Ashim menolak tawaran mereka. Ketiganya berkata, "Demi ALLooh, kami tidak menerima janji atau ikatan apa pun dari orang musyrik."


Ketiga sahabat itu memilih bertarung hingga mereka terbunuh. Sementara tiga Sahabat lainnya, yaitu Zaid, Khubaib, dan Ibn Thoriq memilih ditawan, berharap mereka akan selamat di Makkah. Para penyerang itu memutuskan tali busur panah mereka, dan mengikat ketiga tawanan itu dengan tali busur tersebut. Baru beberapa saat rombongan itu berjalan, Abdullah ibn Thoriq berhasil melepaskan ikatan, lalu merebut pedang dan menyerang musuh. Sayang, musuh melihat upayanya itu dan langsung melemparkan batu besar ke arahnya hingga ia wafat. Jasadnya dikuburkan di daerah Zahron.


Mereka melanjutkan perjalanan menggiring Khubaib dan Zaid hingga tiba di Makkah. Zaid dibeli oleh Shofwan ibn Umayyah, sementara Khubaib dibeli oleh Hajar ibn Abu Ihab At-Tamimi untuk diberikan kepada Uqbah ibn Al-Harits ibn Amir. Keduanya dibeli untuk dibunuh sebagai balas dendam atas kematian anggota keluarga mereka dalam perang badar dan perang Uhud. Setelah berhasil membunuh Ashim ibn Tsabit, suku Hudzail bermaksud memenggal kepalanya untuk dijual kepada Salafah binti Sa'd yang pernah bersumpah akan minum arak dari tengkorak Ashim. Ketika mereka mendekati jasas Ashim, tiba-tiba gerombolan lebah menutupi tubuh Ashim bagaikan awan hitam. Mereka tak dapat mendekati apalagi menyentuh jasad Ashim untuk memenggal kepalanya. Lebah itu adalah tentara ALLooh, sebagaimana firman-Nya, "Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri." [QS. Al-Muddatsir: 30]


Menyaksikan kejadian tersebut, mereka berkata satu sama lain, "Lebih baik kita tunggu sampai malam hingga lebah-lebah itu pergi. Baru kemudian kita ambil jasadnya kembali." Saat mereka menunggu, tiba-tiba muncul air bah dari atas bukit menghanyutkan jenazah Ashim. Hanya ALLooh lah yang tahu kemana jenazah Ashim itu hanyut.


Ketika mendengar kabar tentang Ashim, Sayyidina Umar bin Khoththob berkata, "Sungguh ajaib cara ALLooh menjaga hamba-Nya yang beriman. Ashim pernah bersumpah tidak akan disentuh dan menyentuh orang musyrik pun selama hidupnya. Maka, ALLooh menjaganya setelah ia wafat sebagaimana dia menjaganya semasa hidup." Benar, siapa saja yang benar-benar memegangi janji kepada ALLooh, niscaya Dia akan memenuhi janji-Nya. Semoga ALLooh SWT merohmatinya.

No comments:

Post a Comment