Karya Nyata, Kyai Multi Dimensi
![Prof. Dr. K.H. Muhammad Tolhah Hasan: Wafatnya "Imam Ghazali ...](https://bincangsyariah.com/wp-content/uploads/2019/05/K.H.-Muhammad-Tolchah-Hasan.jpg)
Beragam Pendidikan
Prof. Dr. KH. Muhammad Tolchan
Hasan dilahirkan di Tuban Jawa Timur pada 10 Oktober 1936 . Kyai Tholhah Hasan
memperoleh pendidikan tingkat dasar pada Sekolah Rakyat (SR) di Lamongan,
selama 6 tahun mulai 1943 sampai dengan 1939. Sore harinya belajar di Madrasah
Ibtidaiyah di Sedayu Lawas Lamongan. Pada tahun 1951 beliau meneruskan belajar
di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan berlanjut ke Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah
Syafi’iyyah Pesantren Tebuireng Jombang.
Selain di Pesantren Tebuireng,
Kyai Tolchah juga mengaji di beberapa pesantren. Di antaranya Pesantren Keranji
di bawah asuhan Kyai Musthofa yang sekarang bernama Pesantren Tarbiyatul Wathon.
Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, saat itu diasuh Kyai Abdul Fatah,
beliau hanya sempat mengaji kitab Fathul Mu’in dan kitab-kitab lainnya tetapi
tidak sempat khatam, karena beliau hanya sempat belajar selama 6 bulan saja. Kyai
Tolchah Hasan juga pernah mondok posoan
di Pesantren Al Hidayah Lasem Pati Jawa Tengah, pada waktu itu diasuh oleh Kyai
Ma’shum.
Setelah itu beliau pindah ke
Malang. Di Malang beliau kuliah pada jurusan ilmu pemerintahan pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Merdeka Malang. Pada tahun
1974 beliau mengambil program sarjana jurusan Ketatanegaraan Fakultas
Ketatanegaraan dan Ketataniagaan (FKK) sekarang berubah namanya menjadi
Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya Malang, hingga lulus.
Meski pendidikan formal pada
bidang sosial politik, namun beliau tetap concern dalam mengkaji dan berbicara
tentang Pendidikan Islam khususnya, dan Islamic Studies pada umumnya sehingga
beliau memperoleh gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 30 April 2005 dengan orasi ilmiahnya yang berjudul “Pendidikan
Islam Sebagai Upaya Sadar Penyelamatan dan Pengembangan Fitrah Manusia”.
Kyai Produktif
Sebagai seorang ulama, ia adalah
sosok dengan keilmuan yang mendalam. Penguasaannya terhadap teks-teks agama
ditunjukkan dengan aktivitasnya mengajar di pondok pesantren dan di berbagai
perguruan tinggi. Sebagai seorang tokoh agama ia juga mampu menciptakan
pemikiran-pemikiran segar dalam pemahaman terhadap agama. Buku popular yang ia
tulis (di samping banyak karya yang lain) adalah “Ahlussunnah wal Jamaah dalam
Tradisi dan Persepsi NU.”
Perannya sebagai ulama juga
ditunjukkan dengan eksistensi Masjid Sabilillah di kota Malang. Kiai Tolchah
mampu mengembangkan Masjid Sabilillah menjadi sebuah masjid yang tidak hanya
menonjol sebagai tempat ibadah, melainkan tempat pengembangan masyarakat dengan
memberdayakan masjid berperan dalam
berbagai bidang kehidupan bermasyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
sekolah mulai tingkat dasar sampai lanjutan, kegiatan sosial ekonomi dengan
adanya Lazis Sabilillah, Poliklinik sebagai pusat kesehatan Masyarakat. Semuanya
itu dikelola dengan baik di bawah Masjid Sabilillah.
Selain Masjid dan Yayasan
Sabilillah, karya nyata Kyai Tolchah adalah Yayasan Maarif Singosari yang kini
semakin maju.
Kyai Tolchah termasuk ulama yang
produktif dalam menulis karya ilmiah. Sekitar 10 buah buku yang sudah
diterbitkan di antaranya, Islam Dalam
Perspektif Sosio Kultural (2002), Pendidikan Islam Sebagai Upaya Sadar Penyelamatan
dan Pengembangan Fitrah Manusia (2005) dan buku terakhir yang ia terbitkan
adalah Dinamika Pemikiran Tentang
Pendidikan Islam (2006).
Aktif Berorganisasi
Kyai Tolchah menjadi menantu Kyai
Masykur (mantan Menteri Agama), tokoh yang turut membadani lahirnya Yayasan
Maarif Singosari. Kyai Tolchah Hasan dinikahkan dengan Hj. Sholichah Noor, anak
angkat KH. Masykur yang sebetulnya masih keponakan beliau.
Dari pernikahannya dengan Hj
Sholichah, Kyai Tolchah dikaruniai 3 orang anak, masing-masing adalah Dr. Hj.
Fathin Furaida Alumni Fakultas Kedokteran Universitas YARSI (Yayasan Rumah
Sakit Islam Jakarta). Ir. Nadya Nafis Alumni Fakultas Peternakan Jurusan
Produksi Ternak Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Ir. Mohammad Hilal Fahmi
Alumni Fakultas Teknik Jurusan Tekni Mesin Universitas Islam Malang (UNISMA).
Sejak muda, Kyai Tolchah Hasan
memang gemar berorganisasi. Baik di lingkungan pelajar maupun selama menjadi
mahasiswa. Beliau juga aktif di Nahdlatul Ulama mulai dari tingkat bawah. Karir
beliau di kepengurusan NU dimulai tahun 1960, beliau dipercaya sebagai pimpinan
ranting NU Singosari Malang, kemudian di tahun 1963 beliau menjadi ketua
Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Singosari Malang, kemudian di tahun 1966 sampai 1969
beliau menjadi ketua Cabang NU Kabupaten Malang. Selanjutnya 1986 sampai 1989
menjadi salah satu ketua Tanfidziyah NU Wilayah Jawa Timur periode 1986-1992. Beliau
ditarik ke pusat menjadi salah satu Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar NU periode
1990-1994 hasil Muktamar NU ke 28. Sejak tahun 1994 beliau aktif di salah satu
ketua Rois Syuriah PBNU sampai 2009. Selanjutnya setelah Muktamar ke 30 di
Makassar beliau didapuk sebagai Wakil Rois Am mendampingi Kyai Sahal Mahfudz.
Selain di NU, ia juga sebagai
Anggota Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pusat sejak
tahun 1994 dan juga sebagai Wakil Ketua Dewan Penasehat Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pusat sejak tahun 2000.